MAKASSAR - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) masih menunggu hasil keputusan sidang Isbat Kementerian Agama untuk penentuan 1 awal Ramadan 1443 hijiriah tahun 2022.
"Setelah kita lakukan pertemuan di kantor Kementerian Agama di Makassar dengan beberapa organisasi Islam, sudah mengambil keputusan bahwa tetap kita menunggu sidang Isbat," ujar Ketua MUI Sulsel, Prof KH Najamuddin H Abd Safa saat memberikan keterangan pers di kantornya, Masjid Raya Makassar, dilansir Antara, Jumat, 18 .
Menurutnya, memang dalam penentuan 1 syawal atau 1 Ramadan penentuan dengan metode masing-masing-masing, ada cara Rukyatul Hilal dan Hisab. Rukyat dengan pengamatan langsung naiknya bulan sedangkan Hisab mengandalkan ilmu astronomi melalui teknologi.
Ia menjelaskan, dari pengalamannya selama tinggal di Mesir, sesuai hasil riset Universitas Azhar, memakai cara hisab dengan menggunakan kemajuan teknologi dan bisa ditentukan secara ilmiah.
Untuk metode hisab itu punya berbagai cara, namun biasanya punya perbedaan hasil perhitungannya sehingga menjadi pertanyaan. Karena adanya perbedaan belum bersatu hasilnya, maka diambil keputusan kembali pada asal, Rukyat.
Sementara itu, Wakil Ketua MUI Sulsel KH Mustari Busrah menambahkan, MUI merupakan mitra dari pemerintah tentu mengikuti putusan pemerintah soal penentuan permulaan Ramadhan pada awal April nanti.
Kendati ada organisasi Islam yang terhimpun dalam MUI saat pertemuan ada yang tidak ikut, menurut KH Mustari, pihaknya tetap menghargai perbedaan dengan menjunjung tinggi rasa toleransi.
"Kalau MUI, karena kita ini mitra pemerintah, itu mengikuti pemerintah. Kita berharap saling toleransi (perbedaan pendapat) diantara kita," tambahnya.
BACA JUGA:
Selain itu, ada dua metode tadi. Namun yang mengantarkan umat Islam dulunya dalam penentuan 1 Ramadhan adalah rukyat kemudian berkembang metodenya menjadi hisab, karena sudah ada ilmu astronomi dipadukan dengan teknologi yang bisa mengetahui awal puasa 10 tahun kemudian.
"Bagi yang memahami cara rukyat itu merupakan bagian dari ibadah. Melihat bulan juga bagian dari sunnah, karena nabi mencontohkan seperti itu. Begitupula sahabat-sahabat mencontohkan. Karena itu sunnah, kita mesti ikuti," tuturnya.
Sementara yang berpikiran memahami hisab, tidak menjadi masalah. Artinya, akal bisa bercampur di dalamnya, walaupun itu menjadi perbedaan tapi tetap menjadi bagian dari toleransi.
"Kita berharap, masyarakat memahami adanya perbedaan itu, sehingga tidak menyalahkan pendapat rukyat dan pendapatan hisab, karena begitulah kenyataannya," paparnya menyarankan.
Sebelumnya, dari prediksi dalam kalender Islam global 1443 hijiriah diterbitkan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah awal puasa diperkirakan jatuh pada Sabtu, 2 April 2020. Sedangkan 30 ramadhan jatuh pada 1 Mei 2022. Artinya, Idul Fitri jatuh pada 2-3 Mei 2022. Namun demikian kalender tersebut masih menjadi purwarupa.