Pemerintah Ukraina akan Luncurkan NFT untuk Menandai Sejarah Invasi Rusia
Ilustrasi. (Pixabay/Tumisu)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Ukraina akan meluncurkan non-fungible token (NFT) yang menandai sejarah invasi Rusia dengan seni digital yang unik, dalam penggunaan aset digital terbaru untuk mendanai upaya perangnya.

Wakil Menteri Transformasi Digital Ukraina Alex Bornyakov mengatakan, koleksi NFT akan "seperti museum perang Rusia-Ukraina. Kami ingin memberitahu dunia dalam format NFT."

NFT memberikan kepemilikan barang digital yang unik, dengan karya seni virtual yang terbukti sangat populer, kepada pembeli mereka, bahkan jika barang tersebut dapat dengan mudah disalin.

Bornyakov mengatakan, setiap token akan membawa karya seni yang mewakili sebuah cerita dari sumber berita tepercaya.

"Kami ingin itu nantinya keren, bagus dan abadi," ujarnya seperti melansir The Guardian 13 Maret.

Koleksi NFT sedang dipersiapkan sebagai permintaan Pemerintah Ukraina, untuk donasi cryptocurrency yang melewati 60 juta dolar AS atau sekitar Rp858.852.000.000, dengan donasi termasuk NFT CryptoPunk senilai lebih dari 200.000 dolar AS atau sekitar Rp2.862.840.000.

Bornyakov mengatakan, uang itu digunakan untuk membeli peralatan militer dan untuk mendanai kegiatan media.

"Kami tidak menggunakan dana ini untuk membeli senjata pada saat ini. Kami membeli kacamata night vision, optik, helm, rompi antipeluru," terang Bornyakov.

Lebih jauh ia menerangkan, 'diplomasi digital' Ukraina telah membawa hasil, dengan platform media sosial memblokir konten media Pemerintah Rusia, seperti Russia Today dan Sputnik.

"Kami meyakinkan platform media sosial, perusahaan internasional, untuk memblokir Rusia, keluar dari Rusia, atau sepenuhnya mengubah kebijakan informasi mereka," tukasnya.

Mengacu pada media sosial sebagai salah satu senjata Kremlin dalam konflik, Bornyakov mengatakan pekan lalu: "Sebagian besar senjata mereka dinonaktifkan. Pada titik ini, setelah dua minggu. Jadi inilah yang saya sebut hasil positif."

Bornyakov menambahkan, pasukan sukarelawan spesialis IT, yang berjalan di saluran aplikasi perpesanan Telegram, mengingatkan Kremlin tentang bagaimana aliran serangan siber yang terus-menerus dalam beberapa tahun terakhir telah membuat 'hidup kita mengerikan'.