Bagikan:

JAKARTA - Ramzan Kadyrov, pemimpin wilayah Chechnya Rusia dan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan pada Hari Minggu ia telah melakukan perjalanan ke Ukraina untuk bertemu pasukan Chechnya yang menyerang Kyiv.

Saluran televisi Chechnya Grozny mengunggah video di saluran media sosial Telegram sebelumnya pada Hari Minggu, menunjukkan Kadyrov di ruang gelap berdiskusi dengan pasukan Chechnya, dalam operasi militer yang mereka katakan hanya berjarak 7 km dari ibukota Ukraina.

Unggahan itu tidak menjelaskan di mana atau kapan pertemuan itu berlangsung.

Melansir Reuters 14 Maret, kabar ini belum dapat diverifikasi secara independen apakah dia berada di Ukraina, atau telah melakukan perjalanan ke sana selama konflik.

Kendati demikian, Kadyrov kemudian mengolok-olok unggahan lain yang meragukan apakah dia telah melakukan perjalanan ke wilayah Kyiv.

"Kenapa 'jika'? Apakah Anda tidak melihat videonya," tulis Kadyrov di akun Telegram resminya.

Sementara melansir The Moscow Times, Kadyrov mengatakan video itu diambil di Hostomel, lapangan terbang dekat Kyiv yang berhasil direbut pasukan Rusia pada hari-hari pertama invasi.

Dia mengatakan dalam sebuah pesan bahwa video itu diambil di Hostomel, sebuah lapangan terbang dekat Kyiv yang ditangkap oleh pasukan Rusia pada hari-hari pertama serangan mereka.

"Suatu hari kami berada sekitar 20 km dari kalian para Kyiv Nazi dan sekarang kami lebih dekat," tulis Kadyrov.

Dia meminta pasukan Ukraina untuk menyerah "atau Anda akan habis."

"Kami akan menunjukkan kepada Anda, praktik Rusia mengajarkan peperangan lebih baik daripada teori asing dan rekomendasi dari penasihat militer," tambahnya.

Kadyrov, yang sering menggambarkan dirinya sebagai 'prajurit kaki' Presiden Putin, telah mengunggah video pasukan Chechnya bersenjata lengkap di wilayah Kyiv, sebagai bagian dari pasukan invasi Rusia.

Dia telah berulang kali dituduh oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa melakukan pelanggaran hak, sesuatu yang Kadyrov bantah.

Diketahui, Moskow berperang dua kali dengan separatis di Chechnya, wilayah berpenduduk mayoritas Muslim di Rusia selatan, setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991.

Tetapi, sejak itu Moskow juga menggelontorkan sejumlah besar uang ke wilayah itu untuk membangun kembali Chechnya, memberi Kadyrov otonomi yang luas.

Untuk diketahui, Kremlin menggambarkan tindakannya di Ukraina sebagai 'operasi khusus' untuk demiliterisasi dan 'denazifikasi' Ukraina, setelah mendapat lampu hijau dari Presiden Putin pada 24 Februari.

Sementara, Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk melakukan invasi.