Ukraina Minta 50 Perusahaan Teknologi Tak Berbisnis dengan Rusia Agar Perang Segera Usai
Salah satu truk militr Rusia yang bisa dikuasai Ukraina berkat bantuan Ti. (foto: twitter @Osinttechnical)

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah Ukraina berencana untuk mendesak sekitar 50 perusahaan teknologi, termasuk di bidang game, esports, dan infrastruktur internet, untuk mengambil tindakan terhadap Rusia menyusul banyaknya permintaan sebelumnya yang belum dieksekusi.

Permintaan  dari  seorang pejabat tinggi teknologi pemerintah Ukraina, Rabu 2 Maret, lewat cuitan dari akun twitter  Kementerian Transformasi Digital Ukraina yang meminta perusahaan teknologi untuk berhenti melakukan bisnis di Rusia di tengah invasi negara itu ke Ukraina.

Permintaan  ini langsung ditanggapi oleh  perusahaan raksasa perangkat lunak Oracle Corp,  hanya dalam waktu tiga jam pada Rabu lalu.

Wakil Menteri Digital Rusia, Alexander Bornyakov, menunjukkan tweet Oracle yang baru saja diposting di teleponnya selama wawancara video, yang mengatakan perusahaan   "sudah menangguhkan semua operasi di Federasi Rusia". EA Games juga melakukan hal sama pada Rabu lalu dengan menyatakan akan menghapus tim Rusia dari gim pertandingan sepak bola FIFA.

"Lebih banyak sanksi dijatuhkan, perdamaian lebih cepat dipulihkan," kata Bornyakov tentang kampanye kementeriannya, seperti dikutip oleh Reuters. mengenakan tudung dan duduk di depan bendera Ukraina. Dia juga menggambarkan kondisi di negaranya dalam beberapa kali sehari, sirene memperingatkan mereka tentang serangan udara dan mereka harus pindah ke bunker.

“Ukraina telah meminta dukungan dari sekitar 50 perusahaan sejak invasi Rusia dimulai pekan lalu,” kata Bornyakov. Penjangkauan tersebut, yang mencakup tweet dari Wakil Perdana Menteri Mykhailo Fedorov yang meminta para CEO dari Lembah Silikon untuk mengambil tindakan.

Permintaan mereka juga  telah mendapatkan sambutan. Starlink telah membantu membawa satelit internet ke  Ukraina. Sementara   pembatasan baru pada media pemerintah Rusia  juga sudah dilakukan oleh YouTube dan Alphabet di layanan media sosial lainnya.

Bornyakov mengatakan di antara perusahaan yang diharapkan juga   mengambil tindakan adalah Akamai Technologies Inc., yang menyediakan keamanan siber dan alat pengiriman konten ke situs web.

Akamai mengatakan pada   Selasa, 1 Maret, bahwa mereka akan berhenti melayani pelanggan yang terkena sanksi tetapi tidak ada kliennya. Ini   termasuk maskapai penerbangan Rusia Aeroflot, yang sudah dikenakan sanksi oleh AS  sejak 22 Februari.

Kementerian juga telah meminta Google dan Apple Inc \untuk menutup toko aplikasi seluler mereka di Rusia. Akan  tetapi Bornyakov mengatakan perusahaan lebih cenderung memblokir unduhan aplikasi tertentu.

Seruan kepada perusahaan teknologi adalah bagian dari strategi yang lebih luas yang dilakukan oleh Ukraina untuk mengisolasi Rusia dan membuat rakyat mereka  memprotes tindakan Presiden Vladimir Putin, menginvasi Ukraina

Selain itu "Tentara TI" sukarelawan di dalam dan luar negeri, yang sebagian diorganisir oleh kementerian digital Ukraina melalui aplikasi perpesanan Telegram. “Mereka  telah mengganggu akses ke situs web pemerintah Rusia dan menghubungi sekitar 50 juta warga sipil Rusia melalui media sosial, telepon, dan teks dengan informasi tentang invasi Rusia,” kata Bornyakov.  

Dia juga mengatakan pasukan online ini sekarang berjumlah lebih dari 250.000 orang, yang menjalankan ide-ide mereka sendiri. "Ini seperti crypto, ini terdesentralisasi," katanya.

Bornyakov menyatakan sedikit kekhawatiran tentang serangan siber dari Rusia, dan mengatakan infrastruktur mereka lemah.

Dalam beberapa hari terakhir, pemilik Facebook Meta, Twitter  dan YouTube mengatakan mereka telah menghapus operasi pengaruh dan upaya peretasan yang menargetkan Ukraina.

Ukraina juga berencana untuk menjual NFT, atau token yang tidak dapat dipertukarkan, sejenis aset digital, untuk membantu dana bagi tentara.

"Kami akan menyiapkan banyak gambar keren bergaya Ukraina dan model 3D. Jika Anda membeli NFT ini, semua sumbangan akan digunakan untuk mendukung tentara dan warga Ukraina," kata Bornyakov. Pemerintah Ukraina juga telah mengumpulkan jutaan dalam sumbangan uang kripto.

Sebelum invasi Rusia, Bornyakov mengatakan kementerian teknologi telah fokus untuk memindahkan semua layanan pemerintah secara online. Dia mengatakan upaya ini berarti sudah bekerja dengan perusahaan teknologi seperti Apple dan Microsoft  pada proyek-proyek seperti paspor digital.

Kementerian juga berkomunikasi dengan dana ventura untuk berinvestasi di perusahaan rintisan Ukraina dan ingin perusahaan teknologi besar membuka pusat penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan dan realitas virtual di Ukraina.

Namun rencana itu telah berubah akibat invasi Rusia. "Sekarang, kami harus beralih ke fokus yang sama sekali berbeda. Dan itu sebenarnya sangat menyedihkan," katanya.