Rusia Sebut Pemboman Rumah Sakit Sebagai Berita Palsu, Presiden Zelenskiy: Negara Macam Apa Federasi Rusia?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. (Wikimedia Commons/Нацгвардія України)

Bagikan:

JAKARTA - Perang Rusia dengan Ukrainan memasuki pekan ketiga pada Hari Kamis, saat belum ada tujuan yang dinyatakan tercapai meski ribuan orang tewas, lebih dari dua juga jiwa mengungsi dan ribuan lainnya terpaksa bertahan di kota-kota yang terkepung akibat pengeboman.

Ukraina mengatakan Rusia melakukan 'genosida' dengan mengebom sebuah rumah sakit anak-anak di Kota Mariupol. Sementara, Rusia mengatakan laporan itu adalah 'berita palsu', karena bangunan itu adalah bekas rumah sakit bersalin yang telah lama diambil alih oleh pasukan.

Tujuan Moskow yang dinyatakan untuk menghancurkan militer Ukraina dan menggulingkan pemerintah terpilih pro-Barat dari Presiden Volodymyr Zelenskiy tetap di luar jangkauan,

Sementara kedudukan Presiden Zelenskiy tak tergoyahkan, bantuan militer Barat untuk Ukraina mengalir melintasi perbatasan Polandia dan Rumania.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada Hari Kamis, bahwa konvoi besar Rusia di barat laut Kyiv telah membuat sedikit kemajuan dalam lebih dari seminggu dan terus menderita kerugian. Ia menambahkan, ketika korban meningkat, Presiden Rusia Vladimir Putin harus menarik dari seluruh angkatan bersenjata untuk menghindari kerugian.

Presiden Zelenskiy menuduh Rusia melakukan 'genosida' setelah pejabat Ukraina mengatakan pesawat Rusia mengebom sebuah rumah sakit anak-anak pada Rabu, mengubur pasien di puing-puing meskipun ada kesepakatan gencatan senjata bagi orang-orang yang melarikan diri dari Mariupol.

"Negara macam apa ini Federasi Rusia, yang takut pada rumah sakit, takut pada rumah sakit bersalin dan menghancurkannya?" kritik Presiden Zelenskiy dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam, melansir Reuters 10 Maret.

Serangan itu, yang menurut pihak berwenang melukai wanita dalam persalinan dan meninggalkan anak-anak di reruntuhan, menggarisbawahi peringatan AS. Serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945 bisa menjadi semakin berkurang setelah kegagalan awal Rusia.

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengunggah rekaman video dari apa yang dikatakan sebagai rumah sakit, yang menunjukkan lubang di mana jendela seharusnya berada di gedung tiga lantai. Tumpukan besar puing-puing yang membara berserakan di tempat kejadian.

Gubernur wilayah Donetsk mengatakan 17 orang terluka dalam serangan itu. Badan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan sedang mencoba untuk memverifikasi jumlah korban di Mariupol. Insiden itu "menambah keprihatinan mendalam kami tentang penggunaan senjata sembarangan di daerah berpenduduk," tambahnya melalui seorang juru bicara.

Terpisah, Gedung Putih mengutuk pemboman rumah sakit itu sebagai "penggunaan kekuatan militer yang biadab untuk mengejar warga sipil yang tidak bersalah".

"Begitulah berita palsu lahir," kata Dmitry Polyanskiy, wakil tetap pertama Rusia untuk PBB, di Twitter.

Polyanskiy mengatakan Rusia telah memperingatkan pada 7 Maret, bahwa rumah sakit tersebut telah diubah menjadi objek militer dari mana orang Ukraina menembak.

Rusia sebelumnya telah berjanji untuk menghentikan penembakan, sehingga setidaknya beberapa warga sipil yang terperangkap dapat melarikan diri dari Mariupol, tempat ratusan ribu orang berlindung tanpa air atau listrik selama lebih dari semingguz. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kegagalan evakuasi.

Untuk diketahui, Menteri Luar Negeri Turki dan Menteri Luar Negeri Rusia direncanakan bertemu di Turki Kamis ini, dalam pembicaraan tingkat tinggi pertama antara kedua negara sejak Moskow melakukan invasi, dengan Ankara berharap mereka dapat menandai titik balik dalam konflik yang berkecamuk.