Desak Pemerintah Buka Dialog Rusia-Ukrania, GKSB DPR Khawatir Adanya Ledakan Nuklir
Ilustrasi konflik Rusia-Ukrania. (dok Kementerian Pertahanan Rusia)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Ukraina, Sugeng Suparwoto, menyampaikan invasi Rusia ke Ukrania bisa berdampak luas terhadap kedamaian dunia. Dia khawatir nuklir yang dimiliki Rusia dan Ukrania dapat membahayakan dunia.

"Bagaimana kita ketahui potensi adanya nuklir dan sebagainya terlibat dalam perang ini sangat besar. Kita tahu bagaimana Rusia punya senjata nuklir, di Uraina juga banyak pembangkit nuklir dan ini sangat membahayakan dunia," kata Sugeng di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, dikutip dari kanal YouTube DPR RI, Senin 7 Maret.

Meski Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku invasi Rusia ke Ukrania tidak akan menyasar fasilitas umum, kenyataan mengatakan sebaliknya. Sugeng bilang, masuknya tentara Rusia ke Ukrania tidak hanya menyerang fasilitas militer tetapi juga sarana umum.

Sebab itu, Sugeng mendorong Pemerintah Indonesia sebagai negara non-blok ikut terlibat lebih dalam menciptakan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Hal itu dapat diwujudkan dengan aktif mengajak perwakilan Rusia dan Ukraina berdialog.

Dalam waktu dekat Sugeng akan meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjadi mediator Rusia-Ukraina yang sedang mengalami konflik agar terwujudnya perdamaian antara kedua negara.

"Sekali lagi nanti kami di parlemen akan meminta kepada Presiden RI sequement Menteri Luar Negeri untuk segera memfasilitasi forum antar-yang berkepentingan, pemangku kepentingan di dalamnya untuk ada semacam forum dialog secepatnya," ujarnya.

Sugeng menegaskan, DPR tak lama lagi juga akan menginisiasi pertemuan dengan duta besar Rusia dan Ukrania untuk Indonesia guna membahas perang yang eskalasi konfliknya belum menurun hingga saat ini.

"Dan yang kami lakukan di Komisi VII dan juga saya selaku Ketua GKSB akan segera mengundang juga dalam waktu sesingkat-singkatnya yaitu duber Rusia di Indonesia," imbuhnya.

Pertemuan itu untuk menemukan pemahaman bersama penggunaan kekuatan militer untuk kepentingan apapun tidak dibenarkan. Sugeng menyebut, pertikaian yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan dialog tanpa perang yang memiliki potensi tinggi akan jatuhnya korban.

"Dalam era modern saat ini, segala sesuatu bisa diselesaikan dengan dialog," tandasnya.

Di Rusia hingga Minggu 6 Maret waktu setempat, gelombang protes terhadap masuknya militer Rusia ke Ukrania terjadi di banyak kota di Rusia. Massa menolak perang sebagai jalan utama menyelesaikan pertikaian yang terjadi antara kedua belah pihak.

Mengutip Reuters, Kementerian Dalam Negeri setempat mengungkapkan, sebanyak 5.200 orang ikut dalam gerakan protes di 56 kota berbeda di Rusia. Kelompok pemantau protes OVD-Info menyebutkan, sekitar 4.366 orang yang terlibat dalam aksi protes menolak invasi Rusia ke Ukrania ditahan aparat setempat. 

Terkait