Pemerintah Hong Kong Belum Putuskan Penguncian di Tengah Lonjakan Kematian COVID-19, Warga Diminta Tidak Panik
Warga Hong Kong menyerbu pusat perbelanjaan. (Wikimedia Commons/Wpcpey)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Hong Kong mengatakan setiap keputusan untuk memberlakukan penguncian COVID-19, akan mempertimbangkan status dan memastikan kebutuhan dasar seperti makanan, mendesak penduduk yang cemas yang menyerbu supermarket minggu ini untuk tidak panik.

Pemerintah Hong Kong mengatakan masih merencanakan dan 'memperbaiki' detail untuk skema pengujian COVID massal wajib, serta akan mengumumkan detailnya setelah dikonfirmasi.

Pernyataan pemerintah, yang dirilis pada Selasa malam, muncul di tengah kebingungan dan kekacauan yang meluas, dengan banyak penduduk yang lelah dan frustrasi oleh pesan yang beragam dan penyesuaian aturan virus corona yang hampir setiap hari.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sebelumnya mengatakan, penguncian seluruh kota dan pengujian wajib tidak dipertimbangkan.

Namun, Menteri Kesehatan Sophia Chan pada Hari Senin mengatakan penguncian tidak dikesampingkan, memicu desas-desus, membuat warga menyerbu bahan makanan, produk farmasi dan layanan perbankan.

Hong Kong telah berpegang teguh pada kebijakan virus corona 'nol dinamis', seperti di China daratan yang berupaya mengekang semua wabah. Beberapa pemimpin bisnis, pakar medis dan diplomat mempertanyakan keberlanjutan kebijakan nol COVID saat kasus melonjak.

Pemerintah akan 'menjaga status Hong Kong sebagai pusat keuangan ketika menerapkan skema Compulsory Universal Testing (CUT)', katanya, melansir Reuters 3 2 Maret.

"Pengalaman pelaksanaan inisiatif CUT di belahan dunia lain menunjukkan, kebutuhan dasar warga seperti makanan, kebutuhan dan pencarian perawatan medis di luar rumah harus ditangani. Warga tidak boleh panik atau berebut atau menimbun persediaan yang relevan."

Bekas koloni Inggris itu telah melaporkan lebih dari 230.000 infeksi virus corona dan lebih dari 800 kematian sejak pandemi dimulai pada 2020. Sekitar 500 kematian telah terjadi dalam seminggu terakhir, dengan mayoritas adalah penduduk yang tidak divaksinasi.

Infeksi yang dilaporkan setiap hari telah melonjak lebih dari 30 kali menjadi lebih dari 30.000 sejak awal Februari, ketika ada sekitar 100 kasus harian. Ada lebih dari 800 kematian, dengan sekitar 500 kematian dalam seminggu terakhir.

Untuk diketahui, pakar kesehatan dari Universitas Hong Kong mengatakan ada sekitar 1,7 juta orang sudah terinfeksi pada Senin, dengan puncak infeksi harian sekitar 183.000 diperkirakan dalam minggu mendatang.