JAKARTA - Ramai kabar soal pasukan khusus bentukan Badan Intelijen Negara (BIN). BIN membantahnya, karena istilah ‘Pasukan Khusus Rajawali’ hanya kode sandi pelatihan intelijen.
“Tidak ada pasukan di BIN. Penamaan Pasukan Khusus Rajawali adalah kode sandi pendidikan yang selalu berubah kodenya di setiap jenis pendidikan,” kata Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto dalam keterangan tertulis, Selasa, 15 September.
Awal mula ramai kabar pasukan khusus ini berawal dari Inagurasi Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno Inisiator STIN. Padahal inagurasi itu menurut Wawan juga dirangkai dengan penutupan Dikintelsus (Pendidikan Intelijen Khusus) dengan kode sandi Pasukan Khusus Rajawali.
“Ini bukan Pasukan (Unit) tersendiri namun Kepelatihan Intelijen Khusus yang diberikan kepada personel BIN yang bertugas di lapangan (bersama TNI, Polri), agar memahami tentang tugas dan dinamika di lapangan, antara lain intelijen tempur, taktik dan teknik intelijen di medan hutan/perkotaan, serta peningkatan kapabilitas SDM,” sambung Wawan.
Pelatihan ini menurut Wawan dilaksanakan antara lain berdasarkan evaluasi terhadap hasil operasi satgas di wilayah konflik. Ada personel BIN di Papua yang gugur dan terluka.
“Kalau mengkaitkan ini dengan Schutz Staffel Nazi Jerman, dan lain-lain rasanya terlalu jauh. Penutupan Dikintelsus selalu diwarnai dengan atraksi ketrampilan baik bela diri, IT, bahan peledak atau ketrampilan senjata serta simulasi penumpasan ATHG lainnya,” tutur Wawan.
Pendidikan ini sambung dia, ditujukan mengasah kemampuan dalam mengatasi tugas khusus yang berat dan medan sulit. Setelah selesai pendidikan mereka diterjunkan untuk tugas klandestin di berbagai sasaran yang menjadi titik ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Mereka terjun seorang diri atau pun bekerja dengan tim kecil (Satgas).
Dikintelsus ditegaskan Wawan bukan dibentuk menjadi sebuah pasukan. Namun akan terjun secara personal/ mandiri di wilayah tugas.
“Jadi ini bukan pasukan tempur, meskipun latihannya adalah latihan para komando,” ujarnya.
“Diklat seperti ini biasa dilakukan di BIN. Sedangkan atraksi penutupan pendidikan adalah simulasi hasil pendidikan yang mencerminkan ketangguhan skill, spirit dan stamina. Selain itu juga terbentuk keberanian, wawasan dan personal approach yang baik dan dibarengi kecepatan bertindak jika ada ATHG,” imbuh Wawan.