JAKARTA - Pemerintah membuka wacana mengenai vaksinasi COVID-19 booster dosis keempat. Wacana ini menimbulkan pertanyaan. Apakah Indonesia sudah perlu adanya suntikan vaksin dosis keempat? Seberapa besar urgensinya?
Mari melihat data terlebih dahulu. Dilihat dalam dashboard data vaksinasi nasional per tanggal 24 Februari dengan cut off pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi dosis pertama mencapai 109.310.509 dosis atau 91,38 persen dari sasaran vaksinasi.
Lalu, capaian dosis kedua mencapai 142.517.246 dosis atau 68,43 persen dari sasaran. Capaian dosis kedua mencapai 9.236.089 dosis atau 4,43 persen dari sasaran. Sementara, sasaran vaksinasi di Indonesia sebanyak 208.265.720 orang.
Jika dibedah per provinsi, ternyata masih lebih banyak provinsi yang capaian vaksinasi primer (dosis pertama dan kedua) berada di angka capaian vaksinasi nasional.
Pada dosis pertama, masih ada 24 provinsi yang capaian vaksinasinya di bawah angka nasional, dengan 5 provinsi terendah yakni Papua (31,38 persen), Papua Barat (58,59 persen), Maluku (68,35 persen), Sulawesi Barat (75,44 persen), dan Maluku Utara (79,99 persen).
Sementara pada dosis kedua, masih ada 25 provinsi yang capaian vaksinasinya di bawah angka nasional, dengan 5 provinsi terendah yakni Papua (22,75 persen), Maluku (38,82 persen), Papua Barat (39,06 persen), Maluku Utara (43,25 persen), dan Sulawesi Barat (45,45 persen).
Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memandang bahwa saat ini Indonesia belum memerlukan penggunaan vaksinasi dosis keempat.
BACA JUGA:
"Kalau bicara dosis keempat, ini tentu belum jadi prioritas untuk populasi. Bicara dosis keempat, ini juga landasan ilmiahnya belum menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan dosis ketiga," kata Dicky saat dihubungi VOI, Jumat, 25 Februari.
Jika wacana vaksinasi dosis keempat dalam waktu dekat ini ditujukan pada sasaran tenaga kesehatan, itu tak apa. Mengingat, mereka adalah kelompok yang paling rentan terpapar COVID-19.
Namun, untuk seluruh populasi di Indonesia, vaksinasi penguat dosis keempat ini belum perlu. Lagipula, capaian vaksinasi primer di banyak provinsi juga belum menyentuh angka kekebalan. Apalagi dosis ketiga yang cakupannya masih di bawah 5 persen.
"Kita harus kejar dulu yang dosis kedua dan ketiga ini saja, takutnya enggak kekejar. Karena kan jumlah vaksinatornya terbatas. Takutnya, kalau dosis keempay sudah berjalan, malah menjadi potensi bahaya. Akan banyak korban yang terpapar karena dosis keduanya belum kekejar," jelas Dicky.
Untuk itu, lanjut Dicky, pemerintah harus memutar otak menjalankan vaksinasi demi bisa mengejar target herd immunity. Apalagi ada jutaan orang yang belum melakukan vaksinasi dosis kedua lebih dari 6 bulan sejak dosis pertama. Mereka pun harus divaksinasi ulang.
"Cara ini harus mendekatkan ke masyarakat. Misalnya dengan mobile klinik, door to door, atau melibatkan juga mitra-mitra lainnya. Masalahnya juga ini harus disertai dengan literasi vaksin. Memberikan pemahaman kepada masyarakat dan ini enggak mudah memang," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Kemenkes) Dante S. Harbuwono mengatakan pemberian vaksin penguat dosis keempat bagi seluruh penduduk di Indonesia masih terus dievaluasi dan dikaji oleh pemerintah.
“Kalau nanti diperlukan dengan studi yang terus kami evaluasi dan ternyata kita butuh penguat yang keempat, maka bukan tidak mungkin penguat keempat itu dilakukan,” kata Dante, beberapa waktu lalu.