Deforestasi dan Konsumsi Berlebihan Sebabkan Anggrek Terancam Punah
Ilustrasi anggrek. (Pexels/Aldo Fernandes Azevedo)

Bagikan:

JAKARTA - Ada lebih dari 28.000 spesies anggrek di seluruh dunia, tumbuh di setiap daratan yang tersedia selain Antartika.

Tetapi, sementara tanaman yang sangat didambakan ini mungkin tampak biasa, mereka dengan cepat menjadi spesies yang terancam punah, karena deforestasi dan konsumsi berlebihan memfasilitasi penurunannya.

"Dari 2.000 spesies yang telah kami lakukan penilaian formal, lebih dari 50 persen di antaranya terancam punah," kata Michael Fay, ahli anggrek di Kew Gardens London seperti melansir Euronews 4 Februari.

Beberapa waktu lalu, sebuah festival di hotspot hortikultura terkenal di Inggris, berharap untuk menyoroti kerapuhan spesies yang indah ini, serta apa yang dapat dilakukan untuk melindunginya dengan lebih baik.

"Kami memiliki beberapa spesies yang sangat istimewa dan terancam punah di sini," terang Henck Röling, toko bunga di Kew.

"Ada banyak 'pecinta' anggrek yang datang khusus ke Kew untuk melihat koleksinya. Dan menurut saya, itulah kegembiraan festival ini. Ada pajangan besar yang bisa dinikmati orang, tapi ada juga anggrek kecil yang agak ceruk dan lembut yang langka dan harus dikagumi dari dekat," paparnya.

Dengan lebih dari 5.000 bunga yang dipajang, festival Anggrek 2022 terinspirasi oleh Kosta Rika, rumah negara bagi lebih dari 1.600 spesies tanaman.

anggrek
Ilustrasi anggrek. (Unsplash/John Wiesenfeld)

Selain itu, bunga-bunga mencolok sangat rentan terhadap deforestasi, masalah yang mengakar kuat di negara Amerika Selatan. Sejak akhir Perang Dunia II, lebih dari 80 persen hutan hujan Kosta Rika telah ditebang, sementara 80 juta meter persegi lahan hilang setiap tahun.

Kew Gardens sekarang menggunakan analisis DNA untuk menentukan bagaimana anggrek terkait satu sama lain. Para ahli di organisasi tersebut berharap, ini akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang risiko yang dihadapi spesies tersebut, sambil menginformasikan upaya konservasi di lapangan.

"Meskipun deforestasi, Kosta Rika sering dijadikan contoh negara tropis yang melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam hal pengelolaan lingkungan asli," tukas Michael Fay.

"Hutan dataran tinggi seringkali akan beregenerasi dengan cukup baik, jadi ini soal mendidik petani, mendidik pengelola lahan. Dan satu hal yang melibatkan Kosta Rika sejak tahap awal adalah ekowisata; mengembangkan model ekonomi yang berarti uang masuk ke negara yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan konservasi."

Fokus pada alam ini tercermin dalam karya seni yang dipamerkan di festival Kew. Instalasi di Princess of Wales Conservatory termasuk serangkaian penyu yang terbuat dari lumut, serta quetzal yang indah yang dibentuk dari daun, salah satu burung paling spektakuler di Kosta Rika.

"Sesuatu seperti ini selalu disambut baik di akhir musim dingin," ucap Alberto Trinco, penjabat pengawas konservatori.

"Anda merasa ingin memiliki beberapa warna, sesuatu yang menarik untuk musim semi dan festival anggrek tiba dan hanya ledakan warna inilah yang benar-benar membuat perbedaan."