Kepala Gereja Ortodoks yang Sebut Corona Hukuman untuk LGBT Positif COVID-19
Ilustrasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin gereja terkemuka di Ukraina, Patriarch Filaret, yang mengatakan pandemi COVID-19 sebagai "hukuman Tuhan" bagi pelaku pernikahan sesama jenis, dinyatakan positif virus corona baru.

Melansir CNN Kamis 10 September, Kepala Gereja Ortodoks Ukraina tersebut kini masih menjalani perawatan dalam keadaan stabil. Kabar itu disampaikan pihak gereja lewat unggahan Facebook pada 4 September.

"Yang Mulia Patriark Filaret sangat berterima kasih kepada semua orang yang menunjukkan cinta dan dukungannya dalam doa untuk kesehatannya," kata pihak gereja. "Hari ini keadaan kesehatan Patriark Filaret stabil, pengobatan terus dilakukan. Kami mohon untuk terus mendoakan Yang Mulia Patriark Filaret, agar Tuhan Yang Maha Penyayang dan Yang Maha Kuasa menyembuhkan Patriark dan menyembuhkannya dari penyakit," ujarnya. 

Pria 91 tahun itu menjadi pemberitaan media pada Maret ketika ia mengatakan kepada salah satu saluran TV Ukraina bahwa krisis COVID-19 adalah "hukuman Tuhan atas dosa manusia. "Pertama-tama, maksud saya pernikahan sesama jenis," kata Filaret.

Kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) Ukraina, Insight, menggugat Filaret setelah melonterkan komentar tersebut. Mereka mengatakan kata-kata Filaret berpotensi memicu kebencian dan diskriminasi. Mereka mendesak pemimpin gereja ortodoks itu meminta maaf dan menarik kata-katanya yang sudah tersiar luas di TV.

"Tujun kami adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa tidak ada lagi tempat unutk pernyataan seperti itu dari para pemimpin gereja di Ukraina," kata Olena Shevchenko, Ketua Insight.

Kecaman terhadap pernyataan Filaret juga datang dari Amnesty International Ukraina. "Pernyataan seperti itu sangat berbahaya karena dapat menyebabkan peningkatan serangan, agresi, diskriminasi dan penerimaan kekerasan terhadap kelompok tertentu," kata Maria Guryeva, juru bicara organisasi tersebut.   

Gereja menanggapi gugatan tersebut dengan mengatakan, "Sebagai kepala gereja dan sebagai manusia, Patriark memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pandangannya, yang didasarkan pada moralitas," kata pihak gereja.

Seperti diketahui, Gereja Ortodoks Ukraina Patriarkat Kiev adalah salah satu denominasi Kristen terbesar di negara itu. Anggota Patriarkat Kiev membentuk sekitar 25 persen dari 27,8 juta penganut Ortodoks Ukraina pada 2016, menurut lembaga pemikir Ukraina Razumkov Center.

Sementara itu, Ukraina sebenarnya negara yang tak melarang hubungan sesama jenis, namun mereka tak mengakui pernikahan sesama jenis secara sah. Negara tersebut berada di peringkat 35 dari 49 negara dalam peringkat negara-negara Eropa untuk keramahan LGBT menurut asosiasi ILGA-Eropa.