JAKARTA - Sejak diberitakannya wabah virus corona (COVID-19) jumlah pasien yang terinveksi di Korea Selatan terus bertambah. Tercatat 3.150 jumlah kasus inveksi COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam istilah medis, penyebarah wabah virus yang terjadi dalam satu lokasi secara cepat disebut sebagai 'Super Spreading'. Angka ini masih akan terus bertambah, seiring banyaknya laporan kasus inveksi virus corona yang ditemukan di Kota Daegu.
Daegu adalah kota terbesar keempat di Korea Selatan dengan populasi 2,5 juta orang. Wilayah ini diduga menjadi pusat penyebaran COVID-19 di Negeri "Ginseng". Terlebih sejak, dikabarkan tiga perempuan dan seorang pria meninggal, membuat jumlah korban menjadi 17 secara nasional. Semuanya berusia 60-an tahun atau lebih tua.
Jumlah korban atau kasus infeksi bahkan bisa saja bertambah, dengan pemeriksaan yang dilakukan di Gereja Shincheonji Yesus. Gereja tersebut merupakan sebuah entitas rahasia yang sering dituduh sebagai aliran sesat. Di mana ada 260 ribu pengikut gereja tersebut.
South Korea has gone through over 10,000 COVID-19 tests today. People who have any slightest of symptoms (or not) can even get themselves tested at these testing drive-thru stations. The whole process takes 10 mins.
I'm in awe.
Footage via MBC. pic.twitter.com/rQTDkK0Ujx
— Raphael Rashid (@koryodynasty) February 28, 2020
Melansir dari Yonhap, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) tengah menginvestigasi para pengikut dari gereja Shincheonji. Pihak berwenang mempercayai bahwa anggota kelompok tersebut saling menginfeksi satu sama lainnya selama pelayanan kebaktian di Daegu dan menyebar di negara tersebut, tanpa terdeteksi.
Di antara para penderita yang dinyatakan positif terinveksi virus, 80 persen dapat diobati karena memiliki "gejala ringan". Hanya saja, mereka yang dianggap tidak terinveksi akan diawasi lebih lanjut, menyusul laporan meninggalnya salah satu pasien setelah dua kali dinyatakan positif dari virus corona.
Kini jalan-jalan di Daegu sebagian besar telah sepi selama berhari-hari, terlepas dari antrean panjang di beberapa toko yang menjual masker. Pihak berwenang telah mendesak masyarakat untuk berhati-hati dan siapa saja yang menderita demam atau gejala pernapasan agar tinggal di rumah.
Meski begitu, pemerintah Negeri "Ginseng" mengatakan belum akan melakukan karantina di seluruh kota, seperti yang dilakukan di Wuhan, China, tempat virus itu pertama kali muncul.
Lonjakan kasus yang terkonfirmasi telah menyebabkan banyak penundaan bahkan pembatalan sejumlah acara. Pemerintah kota Daegu juga terpaksa menunda musim ajaran baru untuk 800 sekolah, hingga tiga minggu ke depan. Sejumlah pabrik dan perusahaan manufaktur seperti Hyundai dan Samsung juga dikabarkan menghentikan operasionalnya untuk sementara waktu.