Bagikan:

ACEH - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh telah menggunakan sekitar 5 juta dosis vaksin selama pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Pelaksanaan vaksin terus digenccarkan demi terciptanya kekebalan kelompok bagi masyarakat.

“Sampai saat ini pelaksanaan vaksinasi terus dilakukan, baik dosis pertama, dosis kedua dan juga vaksin booster,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Iman Murahman di Banda Aceh dikutip dari Antara, Selasa, 15 Februari.

Iman menjelaskan masyarakat provinsi paling barat Indonesia yang telah menerima vaksinasi dosis pertama sekitar 3,5 juta jiwa. Kemudian mereka yang telah melengkapi dengan dosis kedua sekitar 1,5 juta jiwa, serta 80 ribu jiwa sudah menerima dosis ketiga atau booster.

“Jadi sekitar 5 juta dosis yang sudah kita gunakan untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Aceh,” katanya.

Vaksin yang digunakan Pemerintah Aceh beragam, mulai dari vaksin Sinovac, Pfizer dan Moderna. Semua jenis vaksin yang dikirim pemerintah pusat ke Aceh dan didistribusikan untuk 23 kabupaten/kota yang membutuhkan. “Yang paling banyak digunakan adalah Sinovac, kemudian Moderna dan Pfizer,” katanya.

Pertengahan pekan lalu, pihaknya baru mendapatkan tambahan vaksin Sinovac dari pemerintah pusat sebanyak 300 ribu dosis, dan telah didistribusikan ke seluruh Aceh.

Saat ini, kata dia, pemerintah telah membatasi penggunaan vaksin Sinovac. Vaksin merek ini hanya diberikan khusus untuk anak sebagai penerima dosis pertama dan warga yang melakukan penyuntikan dosis kedua, mengingat capaian dosis kedua di Aceh baru sekitar 41 persen.

“Alhamdulillah 295 ribu dosis vaksin Sinovac sudah ada di kabupaten/kota masing-masing, sudah bisa menutupi dalam sepekan ini. Selain untuk anak-anak, dosis satu kita enggak bisa lagi gunakan Sinovac. Dosis satu kita sekarang menggunakan Moderna dan Pfizer,” katanya.

Ia menambahkan, pelaksanaan vaksinasi di Aceh berjalan lancar. Selama pelaksanaan vaksinasi, pihaknya hanya mendapatkan enam orang warga yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca -Imunisasi (KIPI) berat berupa kelemahan anggota gerak.

“Itu hanya sekitar 6 orang, jadi persentasinya sangat kecil dari sasaran yang sudah kita laksanakan vaksinasi COVID-19,” katanya.