Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah diharapkan untuk  selalu memeriksa dan memastikan kembali kualitas dari tes COVID-19 yang dikeluarkan oleh semua laboratorium yang ada di Indonesia. Peringatan ini muncul dari Epidemiolog Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman.

“Yang berkaitan dengan hasil laboratorium yang tidak tepat, salah orang, salah nama atau bahkan belum dites sudah ada keluar hasil, ini sesuatu yang bisa terjadi dan itulah sebabnya kenapa yang namanya 'quality assurance' atau jaminan mutu audit berkala itu penting,” katanya melalui pesan suara yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu, 12 Februari.

Ia mengatakan pemastian kualitas tes beserta hasil pemeriksaan itu sangat penting untuk memastikan agar orang yang benar-benar terinfeksi oleh COVID-19 tidak dapat berkeliaran dan langsung mendapatkan perawatan.

“Katakanlah dari 1.000 hasil, misalnya 500 positif atau 500 negatif. Pastikan yang positif betul positif yang negatif betul negatif dengan uji kualitas,” ujar Dicky.

Menurut dia adanya kesalahan dalam tes pemeriksaan di laboratorium itu sebesar 1 hingga 2 persen kemungkinan dapat terjadi. Bahkan negara bagian seperti New South Wales di Australia juga pernah mengalami hal yang sama.

Ia menjelaskan lebih dari 100 kasus yang seharusnya positif COVID-19 dinyatakan negatif. Namun tidak lama setelah itu, pemerintah langsung melakukan audit dalam kurun waktu satu bulan atau tiga bulan sekali untuk memperbaiki pengendalian dalam penanggulangan pandemi, salah satunya pada kualitas laboratorium.

“Kalau yang harusnya positif kemudian negatif, dia bisa kemana-mana. Ini berbahaya dan menyangkut kepercayaan. Saya kira sudah saatnya dari mulai prosedur pengambilan transportasi, pemeriksaan, penyampaian, semua itu yang harus dipastikan kualitasnya atau standarnya memenuhi mutu nasional,” katanya.

Ia menyarankan pemerintah untuk melakukan monitoring dan evaluasi penuh yang lebih kuat, intensif dan berkala supaya segala bentuk pengendalian dapat berjalan dengan baik.

Pemerintah juga perlu mencegah terjadinya "overload" dan kesalahan yang timbul akibat tenaga kesehatan yang kelelahan, dengan pembagian atau kuota tugas yang dibebankan kepada tenaga kesehatan secara merata.

“Sekali lagi, ini menjadi pelajaran penting. Mumpung kita sedang dalam situasi ini, kita akan memperkuat kualitas laboratorium-laboratorium kita untuk menghadapi potensi-potensi ancaman berikutnya, termasuk dalam situasi damai sekalipun,” ungkap Dicky Budiman.