Bagikan:

JAKARTA - Komisi I DPR bakal meminta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto merinci anggaran terkait rencana pembelian42 jet tempur Rafale dalam kesepakatan 8,1 miliar dolar AS atau setara Rp116.217.990.000.000.

Anggota Komisi I DPR Dave Akbarshah Fikarno mengatakan bahwa Menhan Prabowo sudah sempat memaparkan soal pembelian pesawat saat presentasi dalam rapat kerja lalu.  

"Pembelian pesawat, kapal dari mana, jet tempur baik Rafale ataupun yang dari Amerika. Yang kita miliki itu kan sebagian besar kalau gak Sukhoi, F-15, F-16, atau Skyhawk. Jadi kalau F-16 pilotnya sudah ada, training facility nya ada, ground supporting nya sudah lengkap jadi tinggal meneruskan," ujar Dave saat dihubungi VOI, Jumat, 11 Februari.

Hanya saja, politikus Golkar itu menilai, Prabowo harus memperhitungkan anggaran yang dikeluarkan jika ingin melanjutkan pembelian pesawat tempur baru. Terlebih Indonesia tengah berencana membangun ibu kota negara baru yang anggarannya juga fantastis.

"Musti dilihat juga operational costnya, itu per jam sekali terbang  berapa ribu dollar. Berarti kan semuanya harus baru, training pilot, supporting unit, apakah ada ToT gak," kata Dave. 

"Jadi itu harus jadi pertimbangan sebelum memutuskan dan juga sesuaikan dengan keuangan negara kita. Kan mau bangun ibu kota baru, itu kan pasang biaya berapa ratus triliun," sambungnya.

Selain itu, Indonesia juga masih harus bangkit dari keterpurukan ekonomi di masa pandemi. Apalagi, saat ini kasus COVID-19 varian Omicron tengah merangkak naik. 

"Kita kan baru keluar dari krisis pandemi, ini semua yang harus jadi perhitungan sebelum memutuskan untuk beli yang mana. Jangan sampai hanya karena kecepatan pesawat itu kita tidak berpikir panjang. Karena nanti anak cucu kita yang menanggung, sebab ini pasti sistemnya pinjaman bisa sampai 20 tahun," jelas Dave. 

Karena itu, Dave mengatakan, Komisi I DPR akan mempertanyakan secara rinci niatan Prabowo dalam pembelian pesawat tempur ini di rapat kerja bersama selanjutnya.

"Pada kesempatan rapat dengan Menhan kita pertanyakan kebijakan beliau, perhitungannya seperti apa dan itu longtermnya bagaimana. Karena kalau kita beli barang dari suatu negara pasti ada pertimbangan politik juga bukan secara ekonomis aja," ujar Dave.

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan pesawat F-15ID dan peralatan terkait ke Indonesia dalam kesepakatan senilai hingga 13,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp199.435.810.000.000, kata Pentagon pada Hari Kamis.

Sedangkan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengatakan Indonesia berencana untuk membeli 42 jet tempur Rafale dalam kesepakatan 8,1 miliar dolar AS atau setara 116.217.990.000.000, sebagai bagian dari serangkaian perjanjian yang juga termasuk pengembangan kapal selam.

Mengutip Reuters 11 Februari, Indonesia disebut tengah berusaha untuk meningkatkan kemampuan armada udaranya, yang saat ini di antaranya memiliki jet tempur AS F-16 dan Sukhoi Su-27 serta Su-30 besutan Rusia.

Nantinya, Boeing adalah kontraktor utama untuk jet F-15, Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon mengatakan dalam sebuah rilis. Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan pada Hari Kamis.

Ada pun Pentagon mengatakan, paket itu akan mencakup 36 jet, mesin cadangan, radar, pelatihan kacamata penglihatan malam dan dukungan teknis.

Meskipun disetujui oleh Departemen Luar Negeri, pemberitahuan tersebut tidak menunjukkan bahwa sebuah kontrak telah ditandatangani atau negosiasi telah selesai.

Dikonfirmasi VOI mengenai kabar ini, Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak belum bisa berbicara banyak.

"Maaf saya belum bisa tanggapi," jawabnya singkat melalui pesan singkat Jumat 11 Februari.