Bagikan:

JAKARTA - Keberadaan bandara baru di DIY, Yogyakarta International Airport memberikan harapan baru terhadap peningkatan kunjungan wisatawan. Bahkan Pemerintah Kota Yogyakarta berharap ada kenaikan 15 persen kunjungan wisatawan jika pandemi COVID-19 berakhir.

"Jika pandemi ini berakhir, maka kami berharap ada kenaikan sekitar 15 persen kunjungan wisatawan pada tahap awal pascapandemi dibanding kunjungan wisatawan selama 2019," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi dikutip dari Antara, Kamis 3 September.

Menurut dia, sebagai Kota Pariwisata, maka Yogyakarta sangat mengandalkan kunjungan wisatawan sebagai penggerak utama perekonomian di kota tersebut. Operasional bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, lanjut Heroe, menjadi angin segar bagi Kota Yogyakarta untuk mengembangkan industri pariwisata dan sekaligus mempercepat laju pertumbuhan perekonomian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

"Apalagi kapasitas bandara baru tersebut berkali-kali lipat dibanding kapasitas di Bandara Adi Sutjipto. Bisa sampai 20 juta penumpang. Tentunya, kami sangat berharap terjadi kenaikan jumlah kunjungan wisatawan. Tetapi kemudian terjadi pandemi COVID-19 yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan ekonomi sosial dan lainnya," katanya.

Meski demikian, Heroe tetap optimis bahwa keberadaan Yogyakarta International Airport tetap menjadi magnet yang kuat untuk menarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta, apalagi jika banyak penerbangan langsung ke Yogyakarta baik penerbangan domestik maupun internasional.

"Sebenarnya saat ini, Yogyakarta masih diuntungkan karena ada dua bandara yang beroperasi. Adi Sutjipto juga masih melayani beberapa penerbangan domestik," katanya.

Guna menyambut peningkatan kunjungan wisatawan, Yogyakarta melakukan berbagai persiapan seperti "rebranding" Kampung Wisata dan menyiapkan destinasi berbasis wilayah dengan wisata minat khusus, seperti bersepeda keliling kampung menikmati heritage dan kehidupan sosial masyarakat.

Selain itu, lanjut dia, juga perlu diantisipasi peningkatan volume lalu lintas yang berpotensi menyebabkan kemacetan.

"Saya kira, harus diimbangi dengan pembenahan manajemen lalu lintas supaya arus lalu lintas tetap lancar,” katanya.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana juga berharap banyak dari operasional YIA.

"Harapannya, keberadaan YIA mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke DIY dan tentu saja akan berimbas pada peningkatan okupansi hotel," katanya.

Pada masa pandemi, pelaku usaha hotel dan restoran di DIY mengalami pukulan yang cukup berat karena hampir tidak ada wisatawan yang datang bahkan sejumlah hotel dan restoran memilih menutup sementara usahanya.

Pada saat ini, kondisi berangsur membaik meskipun belum sepenuhnya pulih seperti saat sebelum pandemi COVID-19.

"Okupansi hotel pada akhir pekan rata-rata 60 persen untuk hotel bintang dan 30 persen untuk hotel nonbintang. Tetapi, okupansi ini hanya terjadi di hotel di pusat kota saja, belum merata ke seluruh hotel," katanya.