Bagikan:

JAKARTA - Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah menyebut Kota Banyuwangi memiliki persentase kenaikan kasus COVID-19 mingguan yang paling tinggi dalam sepekan terakhir.

Dewi menyebut, pada data mingguan per tanggal 17 sampai 23 Agustus, kasus COVID-19 bertambah 89 kasus baru. Kemudian, pada tanggal 24 hingga 30 Agustus, Banyuwangi memiliki pertambahan kasus baru 584 kasus.

"Dua pekan lalu, dalam satu minggu kasus di Banyuwangi cuma 89, pekan kemarin naik jadi 584. Kenaikannya tinggi sekali, lebih dari 5 kali lipat," kata Dewi dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu, 2 Agustus.

Padahal tren penambahan kasus COVID-19 di Banyuwangi cukup rendah, masih pada angka puluhan dalam satu hari. Penyebab melonjaknya kenaikan kasus di Banyuwangi, kata Dewi, akibat adanya klaster COVID-19 di pesantren.

"Kita mendapatkan kabar, memang terjadi adanya klaster pesantren yang cukup besar angka penularannya di Banyuwangi," tuturnya.

Klaster tersebut berada di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Kecamatan Tegalsari. Awalnya, ada 4 santri yang dinyatakan reaktif COVID-19 dari rapid tes pada 14 Agustus. Kemudian, Dinas Kesehatan melakuakan penelusuran kontak.

Ada 96 santri yang menjalani swab. Hasilnya, ada 77 santri dinyatakan positif COVID-19. Kemudian, Gugus Tugas COVID-19 Banyuwangi melakukan swab massal kepada 639 santri.

Santri yang terkonfirmasi positif kembali bertambah 71 orang pada 20 Agustus. Kemudian, bertambah lagi 33 santri pada 27 Agustus, selanjutnya ada penambahan 89 santri positif pada 28 Agustus.

Penambahan kasus positif kembali berrtambah sebanyak 340 kasus pada 29 Agustus. Kemudian, bertambah lagi 83 santri yang terkonfirmasi positif pada 30 Agustus. 

Saat ini, total ada 622 santri yang terkonfirmasi positif. Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19, Pemda Banyuwangi melakukan karantina kawasan di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung.

"Angka COVID-19 tiba-tiba bisa naik menjadi begitu tinggi ketika muncul klaster baru di sana. Penularannya terjadi di wilayah tertutup, banyak orang tertular berkumpul dalam satu waktu dan durasi yang lama," imbuh Dewi.