JAKARTA - Edy Mulyadi memang sudah minta maaf. Tapi permintaan maaf dia tak sanggup menahan laju berbondong-bondong banyaknya pelaporan yang masuk ke polisi.
Sampai-sampai Bareskrim Polri mengambil alih penanganan seluruh pelaporan kasus dugaan ujaran kebencian dengan terlapor Edy Mulyadi. Edy Mulyadi sempat menyebut Kalimantan Timur yang menjadi ibu kota negara (IKN) merupakan tempat jin buang anak.
Hingga Selasa, 25 Januari, Polri sudah menerima tiga laporan polisi (LP) terkait dugaan ujaran kebencian tersebut. Dua di antaranya diterima Bareskrim Polri dan satu di Polda Kalimantan Timur.
Kemudian, ada juga 16 pengaduan dan 18 pernyataan sikap buntut dari pernyataan Edy Mulyadi. Seluruhnya diterima oleh Bareskrim dan Polda jajaran, yaknni Polda Sulawesi Utara dan Kalimantan Barat.
Dengan banyaknya pelaporan hingga pernyataan sikap itu, diputuskan penangannya akan terpusat di Bareskrim Polri.
"Ada tiga laporan polisi 16 pengaduan dan 18 pernyataan sikap ditarik di Bareskrim dan penanganan oleh Bareskrim Polri," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan.
Penggiat media sosial Denny Siregar di akun Twitternya tidak bisa membayangkan perasaan Edy Mulyadi saat ini. Apalagi pelaporan terhadap Edy masih terus bermunculan.
"Kebayang deg2annya si Eddy Mulyadi beberapa hari ini. Tidur ga tenang. Makan ga enak," cuit Denny yang dilihat dari akun Twitternya, Rabu 26 Januari.
Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama ini pun meluruskan konteks kalimat “tempat jin buang anak”. Menurutnya, istilah tersebut umum digunakan oleh warga Jakarta untuk menggambarkan lokasi yang jauh.
"Saya benar-benar minta maaf mau dianggap, saya tetap minta maaf. Cuman yang saya sampaikan dalam konteks tempat jin buang anak itu untuk menggambarkan lokasi yang jauh, terpencil. Kalau teman-teman di Kalimantan merasa terganggu, terhina, saya minta maaf," ucap Edy melalui saluran Youtube-nya, @BANG EDY CHANNEL dilansir VOI, Senin, 24 Januari.
BACA JUGA:
Edy menyebutkan, tak hanya Kalimantan, untuk Jakarta saja ada beberapa lokasi yang dulunya disebut sebagai tempat jin buang anak. Misalnya di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, atau BSD pada tahun 1980-90an.
"Jadi tempat jin buang anak itu istilah biasa. Saya tak tau teman-teman ada motivasi apa ada yang berusaha memainkan isu ini tapi meski demikian saya ingin menyampaikan bahwa saya minta maaf," terang Edy.
"Tapi tetap saya minta maaf ucapan tadi itu dianggap melukai bahwa kami disini di Jakarta khususnya istilah yang sangat umum sebagaimana ada beberapa daerah yang secara budaya umum. Saya ingin mengatakan tempat jin buang anak buat saya di Jakarta khususnya menggambarkan tempat yang jauh enggak ada kaitannya atau interprestasi merendahkan dan lain sebagainya," terang Edy.