JAKARTA - Nama Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Edy Mulyadi masih jadi trending akibat pernyataan bernada hinaan kepada warga Kalimantan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bicara soal jurnalis yang kerja untuk portal berita Forum News Network (FFN) ini karena disebut sebagai caleg PKS.
Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri mengakui kalau Edy Mulyadi memang pernah menjadi calon legislatif partai ini. Tapi PKS menegaskan, ketika pemilu usai, Edy tidak lagi aktif di level manapun.
Edy juga tidak masuk ke dalam pejabat struktur PKS. Jadi kata Mabruri, pernyataan Edy mengenai warga Kalimantan dan pemindahan Ibu Kota tidak ada sangkut pautnya dengan PKS.
"Sehingga sama sekali tidak ada kaitan PKS dengan pernyataan yang bersangkutan. Segala sikap resmi PKS disampaikan oleh Juru Bicara Resmi DPP PKS dan juga Anggota Fraksi PKS DPR RI sesuai dengan tupoksi dan bidang. Sikap resmi PKS bisa dilihat secara utuh di website dan media sosial resmi PKS," ujar Mabruri, Senin 23 Januari.
Mabruri menegaskan sikap resmi PKS terhadap pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) disampaikan dalam forum-forum yang konstitusional oleh Fraksi PKS sesuai tugas dan wewenang Anggota DPR RI.
"Penolakan PKS terhadap pemindahan IKN dilakukan dalam ruang konstitusi, dijamin oleh Undang-undang sehingga sikap penolakan PKS di DPR adalah langkah yang konstitusional dengan argumentasi yang amat rasional. Sikap PKS sebagai penyeimbang pemerintah bukan berarti bersikap asal beda dan tanpa penjelasan yang lengkap dan akademik," ungkapnya.
Mabruri juga berharap perbincangan soal IKN dibawa ke publik dengan iklim perbincangan yang sehat.
"Anggota Fraksi PKS juga banyak diundang dalam berbagai forum publik termasuk oleh media dan menginginkan perbincangan soal IKN juga jadi perhatian publik dengan diskusi yang sehat dalam bingkai demokrasi," ujar Mabruri.
BACA JUGA:
Edy Mulyadi akhirnya meminta maaf terkait dengan polemik pernyataan "Kalimantan tempat buang jin". Dia memang meminta maaf. Tapi dia juga sambil menjelaskan kalau pernyataannya itu bukan berniat menghina.
"Jika itu dianggap salah, saya minta maaf. Kalau teman-teman di Kalimantan merasa terganggu, terhina, tentu saya minta maaf," ujar Edy Mulyadi lewat video yang diunggah di kanal YouTubenya.
"Di Jakarta, (istilah) tempat buang jin digambarkan (untuk wilayah) jauh," jelas Edy.
Dia mengklaim, istilah tersebut sudah biasa disampaikan di Jakarta. Bahkan, kata dia, di beberapa tempat Jakarta juga pernah disebut sebagai tempat jin buang anak.
"Jangankan Kalimantan, mohon maaf, Monas dulu tempat jin buang anak, BSD, Bumi Serpong Damai itu tahun 80-90an masih jadi tempat jin buang anak. Itu istilah biasa," kata Edy.