Bagikan:

SAMARINDA - Meski Edy Mulyadi sudah menyampaikan permohonan maaf, gelombang protes dibarengi aksi damai di wilayah Kalimantan tetap berlangsung. Penyebabnya Edy Mulyadi dianggap melontarkan ujaran kebencian menyebut Kalimantan Timur, lokasi ibu kota negara baru sebagai tempat jin buang anak. 

Tapi warga diminta bersabar, tak terpancing provokasi. Pemprov Kaltim meminta masyarakat menyerahkan urusan itu ke aparat penegak hukum.

“Namun pemindahan IKN ke Kaltim, tentu ada pro dan kontra dan kita, khususnya masyarakat Kaltim, untuk bersabar tidak terpengaruh. Biarkan isu yang ada mengalir dan jangan mengambil sikap yang berlebihan Biarkan itu ditangani aparat penegak hukum, karena pemindahan IKN ke Provinsi Kaltim adalah kewenangan pemerintah pusat,” pesan Asisten Administrasi Umum Setdaprov Kaltim Fathul Halim dalam apel pagi dikutip dari keterangan tertulis Pemprov Kaltim, Senin, 24 Januari.

Setelah ramai di linimasa media sosial, Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Edy Mulyadi akhirnya meminta maaf terkait dengan polemik pernyataan Kalimantan tempat jin buang anak.

"Jika itu dianggap salah, saya minta maaf. Kalau teman-teman di Kalimantan merasa terganggu, terhina, tentu saya minta maaf," ujar Edy Mulyadi lewat video yang diunggah di kanal YouTubenya, Senin, 24 Januari.

Mantan caleg PKS itu lantas menjelaskan soal pernyataannya tersebut. Menurutnya, dia bukan bermaksud untuk menghina masyarakat Kalimantan. Namun, kata dia, tempat jin buang anak hanya analogi untuk menggambarkan daerah yang jauh.

"Di Jakarta, (istilah) tempat buang jin digambarkan (untuk wilayah) jauh," jelas Edy.

Dia mengklaim, istilah tersebut sudah biasa disampaikan di Jakarta. Bahkan, kata dia, di beberapa tempat Jakarta juga pernah disebut sebagai tempat jin buang anak.

"Jangankan Kalimantan, mohon maaf, Monas dulu tempat jin buang anak, BSD, Bumi Serpong Damai itu tahun 80-90an masih jadi tempat jin buang anak. Itu istilah biasa," kata Edy.