JAKARTA - Niatan pemerintah memberlakukan satu harga tiap liternya untuk minyak goreng Rp14.000 belum merata terjadi. Harga minyak goreng di beberapa pasar induk maupun pasar tradisional di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga kini masih variatif di atas Rp20.000 per liter.
Dilansir dari Antara, Minggu 23 Januari, di pasar Baruga, dan pasar Basah Mandonga Minggu, para pedagang masih menjual antara Rp20.000 hingga Rp22.000 per liter untuk minyak goreng bermerek, sementara untuk minyak goreng curah antara Rp16.000 hingga Rp17.000 per liter.
"Penjualan minyak goreng di atas ketentuan pemerintah ini, karena merupakan stok pembelian lama yang kami jual. Kalau aku jual di bawah Rp20 ribu kami akan rugi," kata Ruslan (42), salah satu pedagang sembako setempat.
Ia mengatakan, walaupun pihaknya sudah mengetahui adanya kebijakan pemerintah terkait harga minyak goreng sebesar Rp14.000 per liter, namun mereka tetap mematok harga di atas Rp20.000 untuk minyak goreng bermerek.
"Setelah stok pembelian yang lama sudah berkurang, maka tentu kami pun langsung menyesuaikan dengan penurunan harga yang ditetapkan pememrintah yakni Rp14.000 per liter," ujar Asnia pedagang sembako lainnnya.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengimbau masyarakat tidak panik atau berlomba-lomba membeli minyak goreng dengan harga Rp14.000 per liter yang disetarakan secara nasional.
"Masyarakat tidak perlu membeli minyak goreng kemasan secara berlebihan, sebab sudah tugas pemerintah untuk menstabilkan harga dan menyediakab stok bila terjadi gejolak harga yang berlebihan," katanya.
Ia mengatakan, sepanjang persediaan minyak goreng tersedia, maka pihaknya tidak mempersoalkan apalagi dengan harga Rp14.000 per liter itu adalah kebijakan pemerintah pusat.
Untuk memastikan harga minyak goreng tetap stabil, dalam waktu singkat melakukan operasi pasar bersama sejumlah pihak seperti dinas perdagangan kota termasuk akan melakukan koordinasi dengan sejumlah distributor sembako di kota ini.