Jokowi: Vaksin Merah Putih Siap Produksi di Pertengahan 2021
Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut vaksin buatan Indonesia (vaksin Merah Putih) sudah berada dalam tahapan pembuatan benih vaksin. Dia meyakini vaksin tersebut dapat diuji klinis di awal tahun 2021 dan sesudah itu bisa segera diproduksi secara massal.

"Saat ini vaksin merah putih dalam proses membuat benih vaksin atau seed vaccines dan prosesnya sudah 30-40 persen," kata Jokowi dalam pengarahannya kepada 34 Gubernur seluruh Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilaksanakan secara daring, Selasa, 1 September.

Pengerjaan vaksin ini, kata dia, dilakukan oleh konsorsium nasional yang melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eikjman bersama sejumlah perguruan tinggi dan juga lembaga penelitian. 

Dengan kondisi ini, Jokowi yakin uji klinis vaksin COVID-19 itu segera selesai di awal tahun 2021. "Dan insyaallah, siap produksi di pertengahan 2021," tegasnya.

Sambil menunggu vaksin tuntas, kata Jokowi, Indonesia telah mendapatkan komitmen kerja sama vaksin dari sejumlah negara. Adapun total vaksin yang terkumpul dari hasil komitmen itu mencapai 20 juta hingga 30 juta dosis vaksin untuk awal tahun 2021 dan di akhir tahun jumlahnya akan meningkat hingga 290 juta dosis.

"Untuk jangka pendek kita berlomba dengan negara lain mendapatkan akses vaksin secepat-cepatya dan alhamdulillah, kita sudah dapat komitmen 20-30 juta vaksin di akhir tahun 2020 ini dalam bentuk barang jadi. Kemudian sampai akhir tahun 2021 kita juga sudah mendapatkan komitmen 290 juta vaksin," jelas eks Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Lebih lanjut di hadapan para gubernur dari seluruh provinsi di Indonesia tersebut, Jokowi meminta agar mereka terus bekerja mencegah terjadinya penyebaran COVID-19 secara masif. 

Dia meminta sebelum vaksin dilakukan secara masif dan efektif, Gubernur di Indonesia diharapkan mampu mengendalikan mereka dengan menentukan kapan waktu menggas dan mengerem sesuai data yang ada.

"Karena bila kurva tidak bisa kita tekan dengan cepat, termasuk angka kematian atau fatality rate tidak bisa diturunkan dengan tajam, angka kesembuhan tidak bisa kita tingkatkan secara drastis maka situasi ketidakpastian akan terus berlanjut dan akan membuat masyarakat diliputi dengan rasa tidak aman serta akan menyebabkan dunia usaha tidak mau bergerak, tidak bisa bergerak," ungkapnya.

Selain mampu menentukan kapan akan menggas dan mengerem daerah mereka, para Gubernur juga diminta melakukan kampanye protokol kesehatan secara berulang terutama kampanye untuk menggunakan masker.

"Ini kunci sebelum vaksin ditemukan adalah pemakaian masker yang penting. Tentu saja akan lebih baik lagi kalau pengawasan lapangan dilakukan," kata dia sambil menambahkan para gubernur harus mulai mempertimbangkan pemberian sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan di tengah COVID-19 sehingga masyarakat mendapatkan efek jera.

"Kampanye pembagian masker harus masif sampai ke desa-desa. Libatkan tokoh masyarakat, PKK, RT dan RW. Saya kira bapak ibu paham soal hal ini," pungkasnya.