Bagikan:

JAKARTA - Ribuan orang di Hong Kong secara sukarela berbondong-bondong mengadopsi hamster yang tidak diinginkan, setelah otoritas setempat menerbitkan perintah pemusnahan massal terkait kekhawatiran COVID-19, meningkatkan alarm bahwa pemilik yang panik akan meninggalkan hewan peliharaan mereka.

Pihak berwenang pada Selasa memerintahkan 2.000 hamster dari puluhan toko hewan peliharaan dan fasilitas penyimpanan untuk dimusnahkan, setelah melacak wabah virus corona ke seorang pekerja di toko hewan Little Boss, di mana 11 hamster kemudian dinyatakan positif COVID-19.

Para ilmuwan di seluruh dunia dan otoritas kesehatan dan veteriner Hong Kong mengatakan, belum ada bukti hewan memainkan peran utama dalam penularan virus corona pada manusia.

Tetapi, setelah menerapkan kebijakan tanpa toleransi untuk COVID-19, Menteri Kesehatan Sophia Chan mengatakan pada Hari Selasa, dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan penularan dan oleh karena itu pemerintah tidak dapat mengambil risiko.

Segera setelah itu, petugas kesehatan dengan pakaian hazmat terlihat berjalan keluar dari toko hewan peliharaan di sekitar kota, sambil membawa kantong plastik merah ke dalam van mereka. Sekitar 150 pelanggan petshop dikirim ke karantina.

Penyiar publik RTHK mengatakan beberapa pemilik hamster terlihat menyerahkan hewan mereka di fasilitas pemerintah di New Territories. Sementara kelompok dengan cepat terbentuk di media sosial, untuk mengidentifikasi pemilik baru hewan pengerat hewan peliharaan yang tidak diinginkan.

Ocean (29) seorang pemilik hamster dan administrator 'Hong Kong the Cute Hamster Group' di aplikasi media sosial Telegram mengatakan, kelompok itu dihubungi oleh hampir 3.000 orang yang bersedia merawat hewan yang tidak diinginkan untuk sementara waktu.

Tiga pemilik muda ditekan oleh keluarga mereka untuk menyingkirkan hamster peliharaannya, meskipun mereka semua telah merawatnya selama lebih dari setengah tahun, kata Ocean, yang menolak memberikan nama belakangnya karena khawatir akan reaksi marah dari mereka yang mendukung pemusnahan tersebut.

"Banyak pemilik hewan peliharaan yang tidak terbiasa dengan risiko yang sebenarnya dan menyerahkan hamster mereka," jelasnya, mengutip Reuters 21 Januari.

Terpisah, Bowie (27), salah satu dari mereka yang menjadi sukarelawan dalam kelompok itu, kini menjadi pemilik dua hamster baru.

"Ini konyol. Hidup hewan juga kehidupan. Hari ini bisa hamster atau kelinci, besok bisa kucing atau anjing," terang Bowie, yang sudah memiliki tiga hamster lainnya. "."

Sementara itu, kelompok Masyarakat untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan (SPCA), yang menjalankan klinik hewan, mengatakan kepada Reuters "banyak" pemilik hewan peliharaan yang khawatir telah menghubungi mereka untuk meminta nasihat.

"Kami mengimbau pemilik hewan peliharaan untuk tidak panik atau meninggalkan hewan peliharaan mereka," sebut SPCA dalam sebuah pernyataan.

SPCA mencantumkan cara untuk menjaga kebersihan pribadi yang ketat untuk keselamatan manusia dan hewan, termasuk tidak pernah mencium, batuk atau mendengus di dekat hewan peliharaan dan mencuci tangan setelah memegangnya.

Diketahui, umur rata-rata hamster adalah sekitar dua tahun, menurut kelompok kesejahteraan hewan.

Selain memerintahkan pemusnahan, pihak berwenang meminta lusinan toko hewan peliharaan untuk tutup, sementara impor dan penjualan mamalia kecil dihentikan. Pembeli hamster setelah 22 Desember 2021 diminta untuk menyerahkannya kepada pihak berwenang, untuk dimusnahkan dan tidak dibiarkan di jalanan.

Pihak berwenang membuat hotline untuk penyelidikan. Tidak jelas berapa banyak hamster yang telah diserahkan.

Vanessa Barrs, profesor kesehatan hewan pendamping di City University of Hong Kong mengatakan, langkah untuk memusnahkan hamster untuk dijual dapat dibenarkan dengan alasan perlindungan kesehatan masyarakat, tetapi ketakutan akan infeksi di rumah terlalu berlebihan.

"Jutaan orang di seluruh dunia memiliki hewan peliharaan, dan belum ada kasus yang terbukti hewan peliharaan menularkan infeksi ke manusia lain. Risiko teoretis ada, tetapi itu tidak terjadi," terang Barrs.