Bagikan:

JAKARTA - Warga Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, menciptakan alat pengasapan (fogging) mini dengan harga terjangkau dan mudah mengoperasikannya untuk memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) menyusul mulai meningkatnya kasus DBD.

Menurut Heru Rusiyanto, pembuat alat fogging mini asal Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, di Kudus, Selasa, ide membuat alat fogging tersebut berawal banyaknya nyamuk di rumahnya.

Setelah melihat rokok elektrik dengan alat yang kecil tetapi bisa mengeluarkan asap yang begitu banyak akhirnya mencoba membuat alat yang ukurannya agar besar dengan mencari bahan-bahan yang bisa dipakai untuk membuatnya.

Hasilnya, kata dia, pada tahun 2019 dirinya sudah bisa membuat alat fogging mini dengan mengkombinasikan alat penyemprot burung dengan alat pembakar makanan atau gas torch serta koil buatan sendiri menggunakan pipa tembaga berukuran kecil untuk mengalirkan cairan fogging yang nantinya keluar dalam bentuk asap.

Untuk mengoperasikannya juga cukup mudah, karena alat penyemprot burung diisi dengan cairan pembasmi nyamuk yang bisa dibeli di toko obat-obatan pertanian atau di pasar daring.

Setelah dipompa kemudian disemprotkan hingga cairan keluar melalui koil, lantas gas torch dihidupkan untuk memanaskan koil yang di dalamnya terdapat cairan pembasmi nyamuk.

"Setelah ada proses pembakaran, nantinya yang keluar merupakan asap dalam jumlah besar sehingga mudah dioperasikan sendiri di rumah tanpa harus menunggu tim pengasapan Puskesmas datang ke lingkungan yang hendak disemprot," ujarnya dilansir Antara, Selasa, 11 Januari.

Harga jual alat pengasapan mini tergolong terjangkau karena hanya dengan uang Rp250 ribu sudah bisa mendapatkannya. Hanya saja, untuk pengiriman luar kota tanpa botol cairan gas karena tidak bisa dikirim lewat jasa pengiriman paket.

"Kini saya menekuni usaha tersebut karena bulan Desember 2021 berhasil menjual 200 unit lewat pasar daring, seperti Tokopedia dan Lazada maupun melalui pengecer," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kudus Masan mengapresiasi warga Kudus yang berhasil menciptakan alat sederhana yang sangat bermanfaat membasmi nyamuk, terutama pembawa virus DBD.

"Jika mengandalkan tim pengasapan dari Dinkes maupun Puskesmas setempat, tentunya tidak bisa berlangsung cepat karena birokrasinya yang terlalu rumit. Sedangkan nyamuk penyebab DBD nyata-nyata sudah banyak menyerang warga Kudus," ujarnya.

Berdasarkan data dari Dinkes Kudus, kasus DBD selama 2021 sebanyak 175 kasus atau lebih tinggi dibandingkan jumlah kasus selama tahun sebelumnya yang tercatat hanya 40 kasus. Sedangkan kasus meninggal dunia tahun 2021 ada tiga kasus.