Ancaman China Meningkat: Taiwan Tambah Anggaran Pertahanan Rp122 Triliun, Beli Rudal Jelajah hingga Drone
Ilustrasi militer Taiwan. (Wikimedia Commons/總統府)

Bagikan:

JAKARTA - Parlemen Taiwan pada Selasa meloloskan anggaran pengeluaran ekstra hampir 8,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp122.969.250.000.000, dalam upaya terbarunya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan untuk menghadapi meningkatnya ancaman dari China.

Pemerintah mengusulkan anggaran pertahanan khusus lima tahun sekitar 8,57 miliar dolar AS, sekitar RP122.540.287.500.000 mulai tahun 2022, seiring pesawat tempur China menembus zona pertahanan udaranya pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang tahun lalu.

Taiwan yang demokratis berada di bawah ancaman terus-menerus dari invasi oleh China yang otoriter, yang mengklaim pulau dengan pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya untuk direbut suatu hari - dengan paksa jika perlu.

Ketegangan Beijing dengan pulau itu telah meningkat pesat sejak Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016, karena dia menganggap pulau itu sebagai negara berdaulat, bukan bagian dari 'satu China'.

Tahun lalu, Taiwan mencatat serangan oleh sekitar 970 pesawat tempur China ke zona pertahanan udaranya, menurut database yang dikumpulkan oleh AFP, lebih dari dua kali lipat dari sekitar 380 yang dilakukan pada tahun 2020.

Pada Hari Selasa, anggota parlemen Taiwan setuju dengan suara bulat untuk meloloskan anggaran khusus, meskipun mereka memotongnya sebesar 310 juta dolar Taiwan. Paket tersebut melebihi rekor anggaran pertahanan tahunan sebesar 471,7 miliar dolar Taiwan yang ditetapkan untuk 2022.

militer taiwan
Ilustrasi militer Taiwan. (Wikimedia Commons/中華民國總統府)

Anggaran ini untuk memperoleh berbagai rudal presisi dan kapal angkatan laut efisiensi tinggi produksi massal dalam periode waktu tersingkat, untuk meningkatkan kemampuan laut dan udara pulau itu, kata pemerintah.

J. Michael Cole, seorang analis politik dan militer yang berbasis di Taipei, menyebut anggaran khusus sebagai "pengembangan yang menggembirakan dan sangat dibutuhkan", karena Taiwan memprioritaskan kemampuan "asimetris", seperti kendaraan tak berawak, rudal anti-kapal dan rudal jelajah udara-ke-darat.

"Banyak di antaranya adalah kemampuan 'kekuatan tandingan', dengan jangkauan yang cukup panjang untuk mencapai target di sepanjang garis pantai China, sejalan dengan arah yang diambil Kementerian Pertahanan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir," terang Cole, peneliti senior untuk Macdonald-Laurier Institute, mengutip CNA 11 Januari.

"Langkah ini juga akan disambut oleh Amerika Serikat, yang sering mengeluh bahwa Taiwan terlalu fokus pada platform konvensional besar dengan merugikan kemampuan 'asimetris' yang lebih kecil, lebih mudah tersebar dan lebih murah," paparnya.

Anggaran tersebut mencakup sistem rudal anti-kapal pesisir, rudal jelajah Wan Chien yang dikembangkan secara lokal, sistem drone serang hingga pemasangan sistem tempur di kapal penjaga pantai.

Cole juga menunjukkan manfaat memastikan pengiriman lebih cepat, karena banyak persenjataan diproduksi di dalam negeri.

"Yang terakhir adalah bagian penting, karena Taiwan perlu memastikan memiliki kemampuan untuk mencegah, dan jika diperlukan untuk melawan, serangan China sekarang, bukan lima, sepuluh tahun dari sekarang," tandasnya.

Untuk diketahui, China telah mempublikasikan beberapa latihan militer baru-baru ini yang mensimulasikan invasi ke pulau itu.

Selama beberapa dekade, sebagian besar analis sepakat menginvasi Taiwan adalah tantangan yang tidak dapat dilakukan China. Tetapi, Beijing telah secara dramatis menutup kesenjangan dalam beberapa tahun terakhir.