Bagikan:

LUBUKBASUNG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masuk kandang jebak di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Silareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Yayasan Arsarl.

"Harimau itu langsung kita kirim ke PRHSD Yayasan Arsari dengan pengawalan dokter hewan PRHSD," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra, di Lubukbasung, dilansir Antara, Selasa, 11 Januari.

Ia mengatakan, satwa dilindungi UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekositemnya itu dibawa ke PRHSD menggunakan kandang angkut untuk diobservasi dan memeriksa kesehatan.

Apabila kondisi sehat, maka akan segera melepasliar satwa itu ke habitatnya. "Kami menunggu hasil observasi dari tim medis PRHSD dan setelah ini mencari lokasi lepas liar," katanya.

Sebelum bertolak PRHSD, katanya, harimau dibawa ke Kantor Resor KSDA Agam di Lubukbasung dan Bupati Agam, Andri Warman, melihat satwa itu.

"Bupati Agam didampingi Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono, dan Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKDA Sumatera Barat, Khairi Ramadhan," katanya.

Sementara Andono menambahkan Sumatera Barat memiliki dua lenskep besar berupa Bukit Barisan dan Cagar Alam Maninjau sampai Batang Gadis yang dihuni 80-100 harimau. "Masyarakat yang berada di kawasan dua lenskep harus berhati-hati," katanya.

Saat ini gubernur Sumatera Barat sudah memberikan surat edaran ke bupati dan walikota bahwa harimau harus dijaga bersama-sama. Setelah itu mulai membangun Patroli Anak Nagari dan bagaimana mereka bekerjasama di nagari atau desa adat untuk mengamankan harimau atau ternaknya.

Dalam surat edaran itu gubernur berharap para pihak saling bersinerji termasuk pengusaha, sehingga tidak ada lagi satwa keluar karena ada suatu upaya maupun kegiatan oleh pengusaha berupa kebun kelapa sawit.

Warman mengucapkan terimakasih kepada BKDA Sumatera Barat yang telah mengevakuasi harimau agar jangan sampai satwa menjadi korban atau masyarakat yang korbannya.

"Dengan telah diamankan maka satwa direhabilitasi. Kita akan memikirkan apakah akan dikembalilan ke habitatnya atau ditarok di kebun binatang untuk daya tarik wisatawan," katanya.

Ia mengimbau warga untuk berhati-hati karena satwa ini keluar akibat habitatnya terganggu atau pakan sudah berkurang, karena satwa itu butuh hidup dan butuh makan, sehingga datang ke pemukiman. Ke depan, ia akan dibicarakan dengan dinas terkait ternak dimangsa satwa diganti secara finansial.

"Ini hal tidak prinsip dan akan dibicarakan nantinya," katanya.