KUPANG - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT harus membangun cara berpikir yang maju atau progresif dan meninggalkan pikiran-pikiran sempit dan sektarian.
"Kita harus memberikan warna baru bagi Indonesia. Di saat cara berpikir keindonesiaan kita, menurut saya, mulai meredup saat ini, MUI NTT harus bisa menghasilkan pemikiran-pemikiran lebih progresif. Saya terus dorong para ulama, cendekiawan dan pemerintah di NTT untuk berpikir maju dan visioner,” kata VBL saat menerima Pengurus MUI NTT periode 2021-2025 di Ruang Kerja Gubernur di Kota Kupang, Antara, Rabu, 5 Januari.
Gubernur mengajak pengurus MUI NTT untuk menanggalkan cara berpikir sempit dengan mengatasnamakan agama dan mendiskreditkan sesama yang lain. Hal seperti itu adalah cara berpikir orang beragama yang hidup dalam gua.
"Orang yang hidup dalam gua itu hidupnya terkotak-kotak. Tidak mau bergaul dengan yang lain. Banyak orang NTT yang masih hidup dalam gua seperti ini. Membangun hidup dalam gua kultur atau budayanya sendiri, hidup dalam gua keagamaannya dan dalam gaya hidup hedonis tanpa bersolider dengan orang lain," ujar dia.
Menurut dia, orang-orang yang hidup dalam gua ini tidak mengenal cara berpikir maju. Contoh cara pikir hidup dalam gua ini, misalnya orang Kristen tidak boleh ucapkan Selamat Idul Fitri kepada orang Muslim dan sebaliknya orang Muslim tidak boleh ucapkan selamat Natal kepada orang Kristen.
Menurut VBL, setinggi-tingginya orang bertakwa dan sedalam-dalamya orang beriman, harus memiliki asas kebermanfaatan atau berguna bagi sesama. Orang beragama itu harus berilmu untuk melahirkan pemikiran-pemikiran berakhlak.
“Pemikiran-pemikiran yang membuat kita cerdas dan maju lahir dari berbagai kelompok dan latar belakang yang berbeda. Tidak muncul dari satu kelompok saja. Dari kelompok barat, timur, garis moderat, garis Katolik, garis reformasi, garis Muslim dan bahkan dari kelompok animisme,” ujar Viktor.
Gubernur VBL juga menaruh harapan besar kepada pengurus baru MUI NTT yang merupakan perpaduan selaras NU dan Muhamadyah. Juga dengan latar belakang profesi beragam, baik ulama, cendekiawan, birokrat, pengusaha dan berbagai profesi lainnya. Ada juga banyak anak muda di dalamnya.
“Dengan kolaborasi ini, MUI NTT harus melahirkan pemikiran modern dan maju yang bisa disumbangkan bagi pembangunan masyarakat. Masuknya pengurus dengan latar belakang profesi lain, selain ulama, tentu dimaksudkan agar MUI dapat menjadi lebih bermanfaat bagi kesejahteraan umat atau masyarakat, baik jasmaniah maupun rohaninya. Saya juga minta MUI NTT untuk jangan takut bersikap kritis. Kalau salah katakan salah. MUI NTT harus mampu memberikan kontribusi positif bagi MUI Indonesia, terutama dalam membangun nilai-nilai keberagaman,” kata Viktor.
BACA JUGA:
Sementara itu, Ketua MUI NTT periode 2021-2025 Muhamad S. Wongso menegaskan MUI NTT siap untuk keluar dari gua dan bergandengan tangan serta bersinegi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera.
“MUI NTT sebagai mitra pemerintah provinsi siap memberikan dukungan dan terlibat dalam pengembangan sumber daya alam, seperti perikanan dan kelautan, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat NTT, terutama di bagian pesisir, pengembangan pariwisata, mendukung program TJPS dan penanganan stunting. Kami juga mengundang gubernur dan wakil gubernur untuk bisa hadir dalam acara pengukuhan pengurus MUI NTT pada 17 Januari ini,” kata Mad Wongso.