JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, permasalahan yang terkait dengan penerimaan informasi menyebabkan angka vaksinasi COVID-19 pada penduduk lanjut usia (lansia) menjadi tertinggal sampai saat ini.
“Kalau kita lihat, lansia ini sudah mulai di awal bahkan di Maret, sudah kita mulai vaksinasi kepada lansia. Tapi terlihat sepertinya cakupannya belum optimal,” kata Nadia dalam Talkshow Menjaga Pandemi Tetap Landai Pasca-Natal dan Tahun Baru secara daring diikuti di Jakarta, Antara, Kamis, 30 Desember.
Berdasarkan catatan yang dimiliki Kemenkes, para lansia saat ini terbagi menjadi dua kelompok dalam segi penerimaan informasi soal vaksin. Pada kelompok pertama, banyak lansia yang masih banyak terkena hoaks dan menerapkan informasi yang tidak benar tersebut.
Pada lansia yang tergabung dalam kelompok itu, informasi yang diterima menggiring adanya pola pikir yang menimbulkan rasa takut akibat vaksinasi yang akan memberikan efek samping berbahaya pada orang mereka.
BACA JUGA:
Sedangkan pada kelompok kedua, lansia itu belum seutuhnya mengetahui manfaat dari vaksinasi. Di dalam kelompok kedua, Nadia menuturkan, komunitas atau perkumpulan yang diikuti oleh para lansia, seperti pada waktu melakukan pengajian maupun arisan berperan penting untuk saling mengedukasi terkait vaksinasi.
Karena permasalahan tersebut akibatnya hingga saat ini data menunjukkan baru 14 provinsi yang dapat mencapai target yang ditentukan pemerintah yakni sebesar 60 persen.
"Kalau lihat kabupaten/kota, masih banyak lansia yang di kabupaten kotanya itu belum mencapai angka 60 persen. Sementara pada sasaran seluruh umur yang kita tahu target 70 persen di akhir Desember," kata Nadia.
Capaian vaksinasi yang masih tertinggal itu juga diperparah dengan adanya lansia yang cenderung memiliki keyakinan untuk pasrah terhadap nasibnya, jikalau sewaktu-waktu dirinya terkena COVID-19 ataupun meninggal karena memang sudah berumur.
Meskipun pemerintah kini terus menjalankan strategi dengan membuka berbagai sentra vaksinasi, memberikan vaksinasi berbasis banjar seperti pada RT RW, melakukan vaksinasi dari rumah ke rumah sampai berkoordinasi dengan tokoh masyarakat seperti kepala desa dan lurah, hal tersebut tak ada artinya bila tidak dibarengi dengan edukasi vaksinasi yang masif dijalankan.
Menurut Nadia, supaya para lansia merasa yakin dan merubah pola pikirnya untuk mengikuti vaksinasi, berbagai kampanye vaksinasi COVID-19 yang didukung serta dilakukan bersama perlu ditingkatkan.
Pemberian edukasi sampai pada tingkat desa maupun kelurahan, kata dia, juga harus lebih digalakkan sehingga cakupan vaksinasi dapat berjalan lebih cepat.
"Kita yakin kalau kemudian melalui kampanye-kampanye itu, secara sistematis kemudian terus menerus mengedukasi mereka sampai saat ini kami yakin mereka pasti akan segera divaksinasi," tegas dia.