Bagikan:

JAKARTA - Varian Omicron virus corona menyebar lebih cepat daripada varian Delta, menyebabkan infeksi pada orang yang sudah divaksinasi atau yang telah pulih dari penyakit COVID-19, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin.

"Sekarang ada bukti yang konsisten varian Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada varian Delta," ujar Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengarahan kepada wartawan yang berbasis di Jenewa, Swiss, melansir Reuters 21 Desember.

"Dan kemungkinan besar orang yang divaksinasi atau pulih dari COVID-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi ulang," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan menerangkan, tidak bijaksana untuk menyimpulkan dari bukti awal bahwa Omicron adalah varian yang lebih ringan dari yang sebelumnya.

"Dengan jumlah (infeksi) yang meningkat, semua sistem kesehatan akan berada di bawah tekanan," ujar Soumya Swaminathan .

Varian ini berhasil menghindari beberapa respons imun, katanya, yang berarti program booster yang diluncurkan di banyak negara harus ditargetkan pada orang dengan sistem kekebalan yang lebih lemah.

Komentar mereka menggemakan temuan studi oleh Imperial College London yang pekan lalu mengatakan, risiko infeksi ulang lebih dari lima kali lebih tinggi dan tidak menunjukkan tanda-tanda lebih ringan daripada Delta.

Namun, pejabat WHO mengatakan bentuk lain dari vaksinasi kekebalan dapat mencegah infeksi dan penyakit.

Sementara pertahanan antibodi dari beberapa tindakan telah dirusak, ada harapan bahwa sel-T, pilar kedua dari respons imun, dapat mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi.

"Meskipun kami melihat pengurangan antibodi netralisasi, hampir semua analisis awal menunjukkan kekebalan yang dimediasi sel-T tetap utuh, itulah yang benar-benar kami butuhkan," pakar WHO Abdi Mahamud menambahkan.

Namun, menyoroti betapa sedikit yang diketahui tentang bagaimana menangani varian baru yang baru terdeteksi bulan lalu, Swaminathan juga mengatakan: "Tentu saja ada tantangan, banyak monoklonal tidak akan bekerja dengan Omicron."

Dia tidak memberikan rincian saat merujuk pada perawatan yang meniru antibodi alami dalam melawan infeksi. Beberapa pembuat obat telah menyarankan hal yang sama.

Sementara itu, dalam jangka pendek Dr. Tedros mengatakan perayaan liburan di banyak tempat akan menyebabkan "peningkatan kasus, sistem kesehatan yang kewalahan, dan lebih banyak kematian" dan mendesak orang untuk menunda pertemuan.

"Sebuah acara yang dibatalkan lebih baik daripada hidup yang dibatalkan," tandasnya.

Tetapi, tim WHO juga menawarkan beberapa harapan kepada dunia yang lelah menghadapi gelombang baru bahwa 2022 akan menjadi tahun di mana pandemi, di mana sejauh ini menewaskan lebih dari 5,6 juta orang di seluruh dunia, akan berakhir.

Ini menunjuk pada pengembangan vaksin generasi kedua dan ketiga, dan pengembangan lebih lanjut dari perawatan antimikroba dan inovasi lainnya.

"(Kami) berharap untuk menyerahkan penyakit ini ke penyakit yang relatif ringan yang mudah dicegah, yang mudah diobati," sebut Mike Ryan, pakar darurat utama WHO.

"Jika kita dapat menekan penularan virus seminimal mungkin, maka kita dapat mengakhiri pandemi," tandasnya.

Namun, Dr. Tedros juga mengatakan China, tempat virus corona SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, harus datang dengan data dan informasi terkait asalnya untuk membantu respons ke depan.

"Kita perlu melanjutkan sampai kita tahu asal-usulnya, kita perlu mendorong lebih keras karena kita harus belajar dari apa yang terjadi saat ini agar (berbuat) lebih baik di masa depan," tandas Dr. Tedros.