Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Juli 2020 turun 32,55 persen menjadi 15,52 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, jika dibandingkan dengan Juni tahun ini, nilai impor Juli tercatat turun tipis 2,73 persen atau 10,47 miliar dari posisi Juni.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, jika berkaca dari gambaran ini, masih dilihat bahwa Indonesia belum kembali ke normal. Penurunan impor karena impor nonmigas dan migas anjlok.

"Impor nonmigas Juli mencapai 9,51 miliar dolar AS atau turun 5,70 persen dibandingkan Juni. Dibandingkan Juli 2019 juga turun 30,95 persen," katanya, dalam video conference, Selasa, 18 Agustus.

Sementara itu, kata Suhariyanto, impor migas Juli naik senilai 0,96 miliar dolar AS atau 41,53 persen dibandingkan Juni. Namun, jika dibandingkan Juli 2019 turun 45,19 persen.

"Penurunan impor nonmigas terbesar Juli dibandingkan Juni adalah golongan kendaraan dan bagiannya senilai 157,9 juta dolar AS atau 42,77 persen," katanya.

Sedangkan, kata Suhariyanto, peningkatan terbesar adalah golongan mesin dan perlengkapan elektrik senilai 220,9 juta dolar AS atau 15,77 persen.

Lebih lanjut, dia mengatakan, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Juli adalah China senilai 21,36 miliar dolar AS atau 29,31 persen. Kemudian, Jepang 6,75 miliar dolar AS atau setara 9,26 persen, dan Singapura 4,86 miliar dolar AS atau 6,66 persen.

"Impor nonmigas dari ASEAN senilai 13,94 miliar dolar AS atau 19,12 persen dan Uni Eropa senilai 5,77 miliar dolar AS atau 7,91 persen," jelasnya.

Suhariyanto berujar, nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Januari hingga Juli mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Penurunan terjadi pada golongan barang konsumsi 7,15 persen, bahan baku atau penolong 17,99 persen, dan barang modal 18,98 persen," katanya.