Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi B DPRD DKI dari Fraksi Gerindra, Adi Kurnia Setiadi, mendapat desakan untuk meminta maaf soal pengungkapan dirinya memiliki video direksi BUMD PT Transjakarta yang sedang rapat sambil menonton tari perut atau belly dance.

Tuntutan ini diminta oleh keluarga mantan Direktur Utama Transjakarta yang saat ini sudah meninggal dunia, yakni Sardjono Jhonny.

Adi pun buka suara. Menurut dia, tuntutan minta maaf tak bisa dialamatkan padanya. Sebab, dalam pandangannya, ia tak membeberkan siapa saja jajaran direksi Transjakarta yang ia sebut rapat sambil menonton belly dance tersebut.

"Mengenai ultimatum dan permohonan maaf saya, menurut saya ini absurd karena saat saya bicara tentang jajaran direksi melakukan rapat di kafe itu, saya tidak pernah bicara secara spesifik menyebutkan nama. Kedua, saya juga tidak pernah menyebar itu video," kata Adi saat dikonfirmasi, Jumat, 17 Desember.

Terkait ancaman bahwa keluarga eks Dirut Transjakarta melaporkan kepada kepolisian jika tidak meminta maaf, Adi mempersilakannya.

Lagipula, Adi menegaskan bahwa apapun yang ia katakan dalam forum resmi seperti rapat Anggota DPRD, khususnya pada pengakuan dirinya mengungkapkan bahwa direksi Transjakarta rapat sambil menonton belly dance, dilindungi undang-undang sebagai hak imunitas dewan.

"Sebagai wakil rakyat saya dilindungi. Saya di parlemen punya hak imun, ada fungsi pengawasan atas temuan laporan masyarakat dan ini faktanya ada. Timbul krisis kepercayaan kepada TransJakarta karena Transjakarta dibiayai oleh uang anggaran subsidi masyarakat APBD," jelas dia.

Diketahui sebelumnya, keluarga mantan Direktur Utama BUMD PT Transjakarta Sardjono Jhonny menyampaikan klarifikasi atas kabar rapat jajaran direksi Transjakarta di sebuah restoran sambil menonton tari perut atau belly dance.

Rapat sambil menonton belly dance ini sebelumnya dibeberkan oleh Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Adi Kurnia Setiadi hingga ramai dibicarakan di media sosial. Adi mengaku memiliki rekaman video rapat tersebut.

Juru bicara keluarga Sardjono Djhonny yang saat ini telah meninggal dunia, Tjahyadi menjelaskan, rapat tersebut bukan merupakan pertemuan antara direksi dengan operator, melainkan para serikat pekerja Transjakarta dua tahun lalu.

Lalu, maksud Sardjono yang kala itu masih menjabat sebagai Dirut TJ mengadakan pertemuan di restoran bertujuan untuk mencairkan suasana dan menghilangkan kesenjangan antara direksi dengan pekerjanya.

Soal kehadiran penari belly dance yang menghibur tamu, Tjahyadi menyebut awalnya Sardjono tidak mengetahuinya kala mereservasi restoran Turki di kawasan Kemang tersebut.

"Si penari ini tidak masuk lebih dari setengah meter dari pintu dimana bapak-bapak ini rapat atau berdiskusi mengenai visi-misi perusahaan. Terlihat juga beliau membelakangi dan tidak terpengaruh oleh apa yang dilakukan penari tersebut. Semua fokus pada apa yang dibahas," jelas Tjahyadi.

Lebih lanjut, Tjahyadi menyebut pihak keluarga Sardjono mendesak sang perekam video yang hadir dan Anggota DPRD DKI Adi Kurnia yang menerima rekaman video tersebut untuk meminta maaf dalam waktu 2x24 jam atas isu yang digulirkan.

"Kami menyimpulkan pula bahwa yang bersangkutan juga bertujuan untuk menyudutkan, mendiskreditkan, bahkan memfitnah dan mencemarkan nama baik keluarga besar kami. Hal yang sama juga kami duga dilakukan oleh si pembuat video, yang juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya," ungkap dia.