JAKARTA - Pemerintah mengonfirmasi munculnya COVID-19 varian Omicron di Tanah Air. Kepastian ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada Kamis, 16 Desember kemarin.
Dalam pernyataannya, Budi mengatakan seorang petugas kebersihan berinisial N di Wisma Atlet Jakarta dinyatakan positif terpapar varian Omicron. Hasil ini dilakukan setelah melakukan whole genome sequencing dilakukan.
N, kata Budi, terpapar COVID-19 bersama dua orang lainnya sejak 8 Desember. Selanjutnya, hasil tes mereka dikirimkan ke Balitbangkes Kemenkes untuk dilakukan Genome Sequencing dan dari sanalah akhirnya terdeteksi petugas kebersihan itu terpapar COVID-19 varian Omicron.
"Tanggal 10 dikirimkan ke Balitbangkes untuk Whole Genome Sequencing dan tanggal 15 keluar hasilnya dari tiga orang ini. Salah satunya adalah Omicron sementara yang dua bukan dan yang satu ini sudah kita double check memang terkonfirmasi Omicron," kata Budi dalam konferensi pers secara daring, Kamis, 16 Desember.
BACA JUGA:
Selanjutnya, Budi juga mengungkap masih ada lima kasus probabel varian Omicron. Dua kasus adalah warga Indonesia yang baru kembali dari Amerika Serikat dan Inggris.
Sementara tiga kasus lainnya adalah warga asing dari China yang datang ke Manado. "Sekali lagi lima orang ini sifatnya masih (belum pasti Omicron, red) baru dites PCR secara khusus dan sudah dikirimkan ke Balitbangkes," ungkapnya.
Munculnya kasus pertama COVID-19 varian Omicron ini kemudian ditanggapi oleh epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Ia mengatakan masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan segera mendapatkan vaksinasi.
Selain itu, masyarakat diminta tidak berpergian ke luar kota maupun ke luar negeri di tengah kondisi ini. Hal tersebut disampaikan Dicky karena munculnya varian Omicron ini berdekatan dengan momen Hari Raya Natal dan pergantian tahun yang biasanya digunakan masyarakat untuk berlibur.
"Kalau memang belum sempat beli tiket enggak usahlah (pergi, red) sekarang. Liburan di kota saja," kata Dicky saat dihubungi VOI.
Sedangkan bagi masyarakat yang sudah terlanjur membeli tiket untuk berpergian setelah melihat kondisi penyebaran virus sudah kondusif, Dicky bilang, sebaiknya memastikan dalam kondisi sehat dan tidak menjadi pembawa virus.
"Kalau sudah terlanjur (membeli tiket, red) ya pastikan sehat dan tidak membawa virus dengan cara melakukan rapid test antigen, memastikan tidak bergejala dan tidak melakukan kontak langsung (dengan orang positif COVID-19, red)," ungkapnya.
Pemerintah diminta lakukan mitigasi jelang Natal dan tahun baru
Perihal munculnya varian Omicron ini, kata Dicky, pemerintah juga harus mulai melakukan mitigasi pergerakan manusia menjelang Natal dan Tahun Baru demi mencegah penularan masif. Menurutnya, pihak terkait harus mewaspadai pergerakan orang secara aktif atau mobile tapi tidak memiliki proteksi.
"Dalam artian vaksinnya sudah lebih dari tujuh bulan, belum vaksin lengkap, atau menurun kondisi kesehatannya karena komorbid atau lansia. Nah, ini berbahaya," tegasnya.
"Ditambah lagi jika di daerah tersebut ternyata 3T dan protokol kesehatannya abai. Nah, ini yang berbahaya. Jadi harus kita waspadai," imbuh Dicky.
Lalu bagaimana dengan kebijakan PPKM?
Saat disinggung tentang kebijakan pembatasan demi mencegah terjadinya penularan COVID-19 itu, Dicky menyebut pemerintah sebenarnya tak perlu melakukan perubahan apapun meski varian Omicron sudah masuk ke Tanah Air. Hanya saja, pengawasan terkait larangan berkerumun dan keramaian harus dilakukan secara ketat.
"Dan pastikan orang yang beraktivitas, mobile itu sudah divaksin penuh, terproteksi setelah divaksin, tidak bergejala, tidak kontak dengan kasus aktif. Selain itu, kalau mereka berpergian rapid tes antigen (wajib, red) dan harus negatif. Itu yang harus dilakukan," pungkasnya.