JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan kapal pemantau kawasan konservasi milik Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang. Kapal ini diberi nama Balaenoptera dan jadi langkah KKP dalam menjaga kelestarian ekosistem ruang laut di Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
"Terus dijaga ya. Kalau semakin banyak orang yang datang, bisa rusak," ujar Menteri Trenggono saat meresmikan kapal Balaenoptera di Kupang, Rabu 1 Desember seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima redaksi.
Kapal Balaenoptera akan digunakan untuk memantau berbagai aktivitas pemanfaatan kawasan konservasi perairan di Laut Sawu, terutama untuk monitoring ekosistem yang ada di dalamnya. Fungsi lainnya yaitu untuk survei biota laut yang dilindungi seperti paus biru, serta habitatnya dan ekosistem pesisir.
Selanjutnya untuk monitoring kesesuaian zonasi dan merespon cepat dalam penanganan biota laut terdampar.
Kapal ini memiliki berat 11 GT dengan kecepatan hingga 31 knot. Kapal berukuran 12 meter x 2,8 meter × 1,3 meter dan mampu memuat sampai 12 orang.
Nama Balaenoptera diambil dari bahasa Latin yang berarti Paus Biru. Nama tersebut digunakan karena icon dari Taman Nasional Perairan Laut Sawu adalah Paus Biru. Kapal ini akan mengawasi beroperasinya wisata Paus Biru di Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
Taman Nasional Perairan Laut Sawu memiliki luas 3,35 juta hektare yang meliputi 5 region dan 10 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Target konservasi utama pada taman nasional ini adalah mamalia laut, seperti penyu, hiu paus, pari manta, terumbu karang, dan lamun.
Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Imam Fauzi, memastikan keberadaan Balaenoptera akan lebih mengoptimalkan pemantauan ekosistem perikanan di wilayah kerjanya.
"Kami berupaya terus menjaga ekosistem Laut Sawu terus lestari. Dengan ekosistem yang terjaga akan menjaga kesehatan laut di wilayah ini, sesuai dengan visi KKP yang menjalankan prinsip ekonomi biru," ujarnya.