Komite Penanganan COVID-19: Kepercayaan kepada Pemerintah adalah Penentu Pemulihan Ekonomi
Ilustrasi. (Achmad Basarrudin/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Dampak negatif COVID-19 membuat seluruh sektor terkena dampaknya. Akibat pandemi pertumbuhan ekonomi dunia melambat, sementara pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II 2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen. Penanganan COVID-19 berpengaruh besar kepada perekonomian dari masing-masing negara, tak terkecuali Indonesia.

Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengatakan, ada beberapa faktor yang menentukan negara dapat pulih cepat dari dampak pandemi COVID-19. Salah satunya adalah rasa aman di tengah wabah ini.

"Kita lihat negara di dunia ini akan sulit pulih kalau rasa aman, rasa kepercayaan (terhadap pemerintah dan penanganan COVID-19) itu tidak muncul (di negara tersebut)," tuturnya, dalam diskusi virtual, Senin, 10 Agustus.

Raden mengatakan, harus diakui kenaikan kasus COVID-19 membuat masyarakat merasa khawatir untuk berbelanja dan memilih untuk menahan pengeluaran. Hal ini juga yang membuat konsumsi masyarakat menurun.

"Mereka tidak mau berbelanja, kecuali pada hal yang penting saja, atau lebih mengutamakan makanan. Tapi kalau misalkan mereka berbelanja barang itu relatif sangat kurang sekali," tuturnya.

Raden mengatakan, untuk menciptakan rasa aman dan kepercayaan pemerintah berusahan mencari solusi agar penanganan pandemi COVID-19 dapat berjalan beriringan dengan pemulihan ekonomi.

Lebih lanjut, Raden berujar, komite dan pemerintah membuat target mengupayakan agar jangan sampai ada resesi di kuartal III 2020. Sebab, jika hal itu terjadi maka akan lebih berdampak buruk pada perekonomian Indonesia.

"Resesi mempunyai dampak psikologis yang tidak mudah. Resesi (menyebabkan) penciptaan lapangan kerja sangat rendah bahkan terjadi gelombang PHK yang besar sekali. Jadi kata-kata R atau resesi itu yang perlu kita hindari sekarang ini," tuturnya.

Di samping itu, kata Raden, pemerintah juga terus mengembangkan vaksin COVID-19. Hal ini untuk menciptakan rasa aman di tengah pandemi dan kenormalan baru. Dengan adanya vaksisn masyarakat bisa beraktivitas dengan rasa aman.

"Di samping kita bisa mengendalikan COVID-19, kita juga punya daya tahan tubuh. Makanya strategi menemukan vaksin itu menjadi strategi yang sangat penting sekali ke depan," jelasnya.

Seperti diketahui, per Minggu pukul 12.00 WIB, total akumulasi kasus di Indonesia mencapai 125.396 orang sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia. Saat ini 480 kabupaten/kota dari 34 provinsi telah memiliki kasus COVID-19. Itu artinya, masih ada sisa 34 dari total 512 kabupaten/kota yang belum memiliki kasus COVID-19.

Provinsi dengan kasus baru terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 440 kasus baru dan total 25.727 kasus. DKI Jakarta juga menjadi provinsi dengan akumulasi kasus terbanyak se-Indonesia.

Jawa Timur miliki 408 kasus baru dengan total 25.330 kasus. Jawa Barat dengan 179 kasus baru dan total 7.566 kasus. Jawa Tengah dengan 140 kasus baru dan total 10.611 kasus. Lalu, Kalimantan Selatan memiliki 83 kasus baru dan total 6.715 kasus. 

Raden mengatakan, dengan bertambahnya kasus positif COVID-19 setiap harinya. Pemerintah juga terus berupaya melakukan penanganan dengan membuat Indonesia sehat.

"Pemerintah mengambil langkah bagaimana yang pertama yang kita sebutkan Indonesia sehat, bagaimana kita mengembalikan kepercayaan supaya kita ini bisa lebih yakin bahwa COVID-19 daya serangnya bisa kita atasi," ucapnya.