JAMBI - Cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi dalam dua bulan terakhir menyebabkan nelayan di pesisir laut timur Jambi enggan untuk melaut. Kondisi ini menyebabkan stok ikan laut menipis, sehingga berdampak pada harga jual.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Tema Wisman mengatakan, ada dua kabupaten yang paling terdampak dengan kenaikan harga ikan yaitu Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat.
"Pemerintah Provinsi Jambi akan terus melakukan pengawasan dan mencari solusi agar harga ikan tangkap tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi," kata Tema di Jambi dilansir Antara, Rabu, 24 November.
Biasanya dalam satu hari terdapat 20 lebih kapal nelayan ke laut untuk mencari ikan. Untuk saat ini hanya lima sampai sepuluh kapal nelayan yang turun. Selain produksi perikanan tangkap, sambung Tema, penurunan juga terjadi di produksi perikanan budi daya.
Misalnya produksi ikan patin. Di kondisi normal, ikan patin mampu diproduksi mencapai 20-25 ton tiap harinya. "Namun dalam dua bulan terakhir hanya sekitar 15 ton per hari," terang dia.
"Intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan pembudidaya ikan mengurangi penebaran benih dan mengurangi produksi, karena benih yang di tebar di cuaca yang ekstrem rentan mati," kata Tema Wisman.
BACA JUGA:
Begitu pula untuk jenis ikan budi daya lainnya, seperti ikan nila, gurami dan lele. Saat ini produksi ikan gurami dalam satu hari sekitar 300 kilogram dan ikan lele 2 ton.
Produksi ikan budi daya tersebut lebih banyak di Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Batanghari. Karena, sebagian besar pembudidaya memanfaatkan budi daya ikan di Sungai Batanghari menggunakan keramba.
Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG Jambi Ibnu Sulistyono mengatakan di puncak musim hujan dan jika terdapat awan konvektif akan menambah kecepatan angin dan menyebabkan gelombang yang lebih tinggi. Sehingga, nelayan diimbau untuk lebih waspada jika pergi ke laut saat mencari ikan.
Nelayan diimbau untuk memperhatikan prakiraan cuaca sebelum pergi ke laut untuk mencari ikan. "Kepada nelayan agar dapat meningkatkan kewaspadaan mengingat di musim hujan saat ini potensi cuaca ekstrem bisa terjadi kapan saja," kata Ibnu Sulistyono.