Bagikan:

BADUNG - Film video animasi berjudul Sabda Alam karya 95 pelajar SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus, Jawa Tengah, membuat terkesima para penonton di event Bali Internasional Flim Festival (Balinale), di Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Video pembuka diawali sejumlah burung berterbangan di hadapan gunung tinggi menjulang, hutan lebat hijau dengan sungai yang mengalir dipenuhi ikan-ikan. Lima ekor burung terbang di angkasa dengan mengepakkan sayapnya penuh kebebasan dengan kicauan kedamaian.

Kemudian seekor burung kecil berjenis Ekek Geling Jawa hinggap di batang pohon dan meloncat pindah ke batang pohon lainnya dan berkicau serta bernyanyi lalu suara merdu itu disambut oleh tiga ekor jenis burung kakatua jambul kuning yang ikut serta berdendang. 

Terlihat, sepasang burung Jalak Bali terbang dan menari-nari di angkasa mendengar para burung bernyanyi. Sementara, seekor burung rangkong gading jantan dengan kepakan sayapnya yang elok berkeliling mencari biji-bijian untuk memberi makan betina dan anak burung rangkong gading.

Namun, kehidupan damai para burung di hutan belantara itu, tiba-tiba sirna beberapa pemburu datang membawa bedil dan menembaki mereka hingga lumpuh dan akhirnya mereka dibawa ke pasar burung. Satwa ini dikisahkan dijajakan dengan cara mengenaskan dan nasib si jantan burung rangkong Gading berakhir dipotong oleh si pemburu untuk dijadikan hiasan ukiran.

Para penonton pun,terkesima dan mendapat gambaran tentang burung-burung endemik di Indonesia yang keberadaannya makin terancam punah akibat perburuan liar dan diperjualbelikan secara ilegal. Film animasi yang berdurasi 4 menit menit 32 detik juga diunggah dalam kanal YouTube RUS Animation Studio dan telah ditonton hampir 3 juta mata dan mendapat like 23 ribu dan dikomentari 1,5 ribu warga.

"Film animasi ini dibuat 95  anak-anak SMK Raden Umar Said (RUS)," kata Roy selaku CEO Rus Animation kepada wartawan di Kuta, Bali.

Alasan memilih empat burung seperti ekek geling Jawa, jalak Bali, kakatua jambul kuning dan rangkong gading berdasarkan hasil riset dan diskusi dengan para komunitas burung. Keempat burung itu yang mendekati kepunahan di Indonesia.

"Kita ingin generasi kita ke depannya masih bisa mendengarkan suara burung, masih bisa melihat burung. Tidak hanya mendengarkan dan melihat burung dari YouTube. Itu yang kita tidak inginkan, dan akhirnya membuat film video klip ini," imbuhnya.

Sementara, untuk proses produksinya memerlukan waktu yang cukup panjang yang mencapai kurang lebih dua tahun. Selain itu, film drama musikal ini menggunakan lirik lagu dari almarhum Chrisye yang berjudul Sabda Alam.

Lagu ini dinyanyikan oleh Eva Celia, Fadly Padi, Mytha Lestari, Mario Ginanjar, Leisha K dan juga aransemen music dari Tohpati yang membuat film animasi di musik video itu semakin terlihat berkualitas.

"Sebenarnya, ide ini kita dapatkan karena kita konsultasi beberapa komunitas burung di Indonesia. Tapi, kita tidak hanya membuat tentang burung saja tapi pasti akan sesuatu yang baru selain burung," ujarnya.

Sementara, Luce Chiaro salah satu murid SMK Rus yang juga sebagai Visual Effect Artis dalam projek film tersebut menyampaikan tantangan yang paling berat dalam pembuatan film tersebut yaitu harus melakukan riset tentang alam dan burung-burung tersebut.

"Jadi tantangan terberat kita harus meriset banyak hal. Mulai, dari pergerakan burungnya, terus alam itu seperti apa. Riset-riset itu, supaya kita pakai dijadikan bahan referensi kita, supaya nanti semua terlihat natural. Proses risetnya memakan waktu berbulan-bulan, sekitar empat bulanan, itu riset semuanya mulai dari secara teknis dan lain-lainnya," ujarnya.

Sementara itu, sutradara Garin Nugroho yang datang ke event Balinale memberikan pujian dan apresiasi kepada para anak-anak SMK tersebut sehingga  bisa membuat animasi yang luar biasa. Menurutnya, produk animasi sekarang menjadi komunikasi hiburan di abad ini.

"Mereka mampu menggabungkan kebudayaan rupa dan visual. Itu akan menjadi masa depan kita. Teknologi di tangan mereka. Mau jadi konsumtif saja atau mau jadi produktif. Kalau mau jadi produktif, iya terus belajar. Teknologinya sudah tersedia," ujar Garin.