Wali Kota Bima Arya 'Utang Nyawa' ke RSUD Kota Bogor
Foto Bima Arya via Pemkot Bogor

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Bogor, Jawa Barat Bima Arya Sugiarto mengenang lagi kisahnya saat pertama kali terserang COVID-19. Bima Arya mengaku 'berutang nyawa' kepada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor yang merawat dia saat itu.

"Saya 'berutang nyawa', saya menjadi pasien COVID pertama di Kota Bogor dan dirawat di RSUD kamar 01," kata Bima Arya saat peresmian fasilitas alat kesehatan MRI 3 Tesla, CT-Scan 128 Slice, dan ESWL oleh Wakil Menteri Kesehatan Dane Saksono Herbowono di RSUD Kota Bogor, Sabtu 13 November.

Bima Arya pernah dirawat di RSUD Kota Bogor sejak 19 Maret 2020 sekitar tiga pekan, sekembalinya dari perjalanan luar negeri di Turki.

"Oleh karena itu saya mengapresiasi RSUD Kota Bogor," katanya saat memberikan sambutan pada acara itu dikutip dari Antara.

RSUD Kota Bogor tahun ini berusia tujuh tahun -- di mana selama 30 tahun sebelumnya merupakan Rumah Sakit Karya Bhakti yang telah habis masa kontraknya di lahan milik Pemkot Bogor -- dan pasti akan menghadapi tantangan yang banyak sekali.

Wali Kota menyebutkan RSUD Kota Bogor selain merupakan satu-satunya rumahsakit milik Pemerintah Kota Bogor, juga menjadi satu-satunya rumah sakit yang melayani masyarakat dari luar Kota Bogor.

Ia lalu bertanya kepada Direktur RSUD Kota Bogor dr Ilham Chaidir berapa persen RSUD Kota Bogor melayani pasien dari Kabupaten Bogor, Ilham pun menjawab 40 persen.

"Ada 40 persen melayani masyarakat dari Kabupaten Bogor," katanya.

Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Achmad Ru'yat pada acara itu juga memberikan sambutan, antara lain menyebutkan Pemerintah Kabupaten Bogor memiliki empat RSUD yakni RSUD Cibinong, RSUD Leuwiliang, RSUD Cileungsi, dan RSUD Ciawi, dan satu RSUD yang sedang dibangun di Parung.

Sedangkan Wali Kota Bogor menambahkan RSUD Kota Bogor juga bercita-cita menjadi rumah sakit riset. Ia berpesan kepada Direktur RSUD untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu perencanaan yang matang dan terintegrasi.

Dalam pengembangan dan perluasan fasilitas RSUD misalnya, kata dia, telah diingatkan dari Ditjen Yankes Kementerian Kesehatan bahwa pembangunan gedungnya jangan jangan tambal sulam dan tidak bergantung bantuan yang datang.

"Nah, Direktur RSUD ini terus melobi dan melayani, setiap ada perkembangan selalu lapor ke saya, saking 'excited'-nya. Seperti semalam, malam-malam telepon saya," katanya disambut tawa hadirin.

Ia juga berharap dengan kelengkapan fasilitas alat kesehatan yang baru tersebut dapat meningkatkan pelayanan RSUD kepada masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatan.