Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyerap berbagai keluhan dari peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur, mengenai anjloknya harga telur hingga Rp12.500 per kilogram.

"KSP ingin mendengar suara peternak di sini. Karena persoalan ini sudah menjadi atensi khusus bapak Presiden," ujar Moeldoko saat kunjungan kerja di Blitar, Jawa Timur, sebagaimana keterangan tertulis KSP diterima di Jakarta, Antara, Jumat, 11 November.

Beberapa peternak yang ditemui Moeldoko, mengaku jatuhnya harga telur hingga Rp12.500 per kilogram terjadi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli 2021.

"Serapan telur ke pasaran kecil karena kegiatan masyarakat dibatasi. Sementara produksi telur sama dan tidak berkurang. Peternak makin rugi saat harga pakan naik," kata Moeldoko.

Selain itu, kata Moeldoko, peternak kecil menengah saat ini juga harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang ikut beternak ayam di lingkungan mereka.

"Masalah ini akan kita dalami. Saya akan diskusikan dengan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo), bagaimana menjaga keberlangsungan usaha, peternak rakyat kecil dengan di sampingnya ada pengusaha besar. Ini harus diatur," kata Moeldoko.

Moeldoko yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu juga berjanji akan segera berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk menentukan solusi dari masalah yang dihadapi peternak ayam petelur.

"Pulang dari sini (Blitar) saya akan langsung koordinasi dengan Menteri Pertanian. Supaya snak-anak muda yang punya keinginan membangun usaha di sektor ini tidak collapse (hancur)," ujar Moeldoko.

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia. Telur-telur yang dihasilkan dari Blitar, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal di kabupaten tersebut, juga dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta.

Salah satu peternak ayam petelur yang ditemui Moeldoko, Siti Qomariah, mengatakan dirinya harus menjual belasan ribu ekor ayam petelur miliknya dan juga merumahkan karyawan di peternakan karena anjloknya harga telur.

"Sebelum pandemi ada 24 ribu ekor pak, sekarang tinggal 5 ribu. Saya jual untuk beli pakan. Sebelumnya karyawan ada 11 orang sekarang tidak ada sama sekali, karena nggak kuat bayar gaji. Harga telur terus anjlok tapi harga pakan naik. Tolong Pak Moel, negara hadir untuk kami," kata Siti Qomariah.