Di Pertemuan G20, Jokowi Mengaku 'Diserbu' Kepala Negara Lain, Tawarkan Kerjasama Bilateral
Presiden Joko Widodo (Youtube NasDem TV)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membagikan cerita membanggakan saat hadir dalam pertemuan KTT G20 di Roma beberapa waktu lalu. Jokowi mengaku dihampiri oleh sejumlah petinggi atau pemimpin negara maju yang hendak mengajak Indonesia menjalin hubungan bilateral.

Hal ini diungkapkan Jokowi saat berpidato di HUT ke-10 Partai NasDem yang digelar di Gedung Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, Jakarta, Kamis, 11 November hari ini.

"Banyak sekali yang secara mendadak, baik waktu saya berdiri maupun duduk datang kepada saya. Dan itu adalah negara-negara gede (Besar), kepala negara yang datang untuk hubungan bilateral," kata Jokowi lewat siaran Youtube NasDem TV.

Tapi, bagi Jokowi, paling penting adalah Indonesia terpilih menjadi presidensi atau keketuan di G20. Ini merupakan posisi terhormat. Pada 2022 mendatang, berbagai pertemuan dengan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G20 akan digelar di Bali.

"Selama 1 tahun sejak 1 Desember sampai pada awal November 2022 kita akan menyelenggarakan kurang lebih 150-an pertemuan baik urusan keuangan, urusan iklim, urusan digital ekonomi yang semuanya diselenggarakan di Indonesia dan juga perlu saya sampaikan Indonesia adalah negara pertama negara berkembang pertama yang menjadi presidensi G20," terang Jokowi.

Dengan posisi penting ini, Jokowi berharap bisa dimanfaatkan sebaik-baik mungkin karena Indonesia duduk setara dengan negara-negara maju. Paling penting adalah lewat pertemuan ini, Indonesia bisa mendahulukan kepentingan nasional.

"Perlu saya tegaskan kepada kita bahwa kita ini negara besar, sering kita lupa. Nantinya setelah kita menjadi Keketuaan G20 berikutnya di tahun 2022 kita juga akan menerima tongkat menjadi ketua ASEAN juga mungkin di bulan bulan Oktober atau November 2022," jelasnya.

Meski demikian, Jokowi mengaku sedih karena dengan posisi strategis ini, justru di negara sendiri tidak diapresiasi. Dia ingin agar WNI dimana pun berada, tetap merasa terhormat, percaya diri bahwa bangsa Indonesia telah berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.