JAKARTA - Pemerintah diminta menyikapi serius penambahan kasus COVID-19 yang terjadi jelang perayaan Natal dan pergantian tahun. Keseriusan ini sangat diperlukan apalagi jika kasus meningkat di wilayah luar Pulau Jawa-Bali yang cakupan testing, tracing, dan treatment atau 3T terbatas.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan saat ini ada 43 kabupaten/kota di Jawa-Bali yang mengalami kenaikan kasus COVID-19 selama sepekan terakhir.
"Terdapat tren kenaikan kasus di Jawa-Bali utamanya terjadi di 43 kabupaten/kota dari 128 kabupaten/kota atau 33,6 persen dalam 7 hari terakhir ini," kata Luhut dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Senin, 8 November.
Luhut mengatakan, salah satu provinsi yang daerahnya mengelami kenaikan kasus berada di DKI Jakarta, yakni pada empat kota administratif di Ibu Kota.
"Di Jakarta, di Jakarta Utara, Timur, Barat, Selatan itu hampir semua trennya sudah naik," ungkap Luhut.
Menambahkan Luhut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan peningkatan kasus COVID-19 memang terjadi di 155 kabupaten/kota di Tanah Air. Tapi, Budi mengatakan hal ini masih dapat dikontrol meski tetap harus waspada.
"Beberapa kabupaten/kota di Jawa dan Bali dan juga di luar Jawa dan Bali totalnya sekitar 155 yang sudah ada gejala kenaikan walaupun masih sedikit dan masih terkontrol," kata Budi dalam konferensi pers PPKM yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 8 November.
BACA JUGA:
Atas peningkatan ini, pemerintah akan terus melakukan pengamatan. Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kabupaten/kota khususnya di lima provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur mendapat perhatian khusus dan segera ditangani jika terjadi peningkatan kasus.
"Sekarang kami mengamati beberapa provinsi, kabupaten/kota yang mengalami sedikit peningkatan," ungkap mantan Wakil Menteri BUMN itu.
"Kami atas arahan Bapak Presiden diminta agar segera memperhatikan kabupaten/kota terutama di lima provinsi yaitu Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan Kaltim itu diminta untuk diperhatikan dan kalau ada kenaikan yang lebih cepat harus segera ditangani," imbuh Budi.
Perlu perhatian khusus
Melihat kondisi peningkatan kasus COVID-19 di Tanah Air yang terjadi jelang Natal dan Tahun Baru 2022, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal. Salah satunya, proteksi masyarakat yang tidak merata akibat adanya kelompok yang belum divaksin atau terinfeksi virus.
"Kalau bicara Indonesia (jumlah yang belum terproteksi, red) ini signifikan ya. Bahkan lebih dari 50 juta sehingga ini yang kemudian menjadi potensi (penyebaran, red) dan ini yang terjadi," kata Dicky kepada VOI.
Tak hanya itu, ia mengatakan peningkatan jumlah kasus juga terjadi karena masyarakat mulai teledor dengan protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas atau 5M.
"Selain itu, faktor lain yang berpengaruh adalah 3T yang belum memadai, 5M yang melonggar," ujarnya.
Sehingga, Dicky mengingatkan pemerintah untuk mengambil langkah serius. Dia bilang, langkah pencegahan lebih baik daripada sebaran kasus secara masif terlanjur terjadi. "Bicara terkait peningkatan sebaiknya disikapi serius daripada meledak," tegas dia.
"Karena kalau sebaran ini misalnya terjadi di luar Pulau Jawa-Bali yang terbatas cakupan 3T dan vaksinnya itu lebih rawan," pungkas Dicky