Tips Cegah COVID-19 untuk Penumpang Transportasi Massal
Ilustrasi (Pixabay: Iqbal Nuril Anwar)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembalikan intensitas frekuensi layanan transportasi massal seperti TransJakarta, MRT, dan LRT seperti semula. Sebelumnya, Gubernur DKI Anies Baswedan membatasi layanan untuk mencegah penyebaran virus corona. 

Meski dikembalikan intensitas frekuensinya, Pemprov DKI membatasi kapasitas penumpangnya hingga setengah dari jumlah maksimal pengisian penumpang dalam satu bus atau gerbong kereta. Penumpang juga diminta menjaga jarak aman ketika menggunakan transportasi umum.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo meminta masyarakat menjaga jarak antar penumpang, mulai dari mengantre angkutan umum dengan cara melakukan lencang depan.

"Karena yang akan masuk ke halte atau stasiun kita harapkan sesuai dengan jumlah kapasitas armada, maka kita menjaga jarak dengan posisi lencang depan," kata Syafrin di Balai Kota DKI, Senin, 16 Maret malam. 

Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo (Diah Ayu Wardani/VOI)

Pola baris para penumpang ini dilakukan dengan cara mengangkat tangan lurus ke depan untuk membuat jarak dari penumpang di depannya, saat akan memasuki halte dan stasiun. 

Dengan posisi seperti ini, Syafrin berharap potensi penyebaran virus yang bersumber dari kota Wuhan, China, bisa diminimalisasi, bahkan dihilangkan. 

"Kami juga siapkan petugas dari Dinas Perhubungan dan Satpol PP, mulai melakukan pengaturan terhadap masyarakat yang akan antre di halte maupun di stasiun," ucap Syafrin. 

Ilustrasi bus TransJakarta (Irfan Meidianto/VOI)

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut pola antrean seperti ini merupakan hasil diskusi dengan para ahli. Tujuannya, mengurangi tingkat risiko penularan pada saat penumpukan antrean atau kepadatan di ruang tertutup.

"Karena itu, pembatasan jumlah penumpang per gerbong dan per bis menjadi penting sekali untuk memastikan bahwa jarak fisik antara satu penumpang dengan penumpang lain," ungkap Anies. 

Anies juga mengimbau kepada perusahaan untuk mengutamakan pengelolaan pekerjaan dari karyawan secara jarak jauh atau working from home. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo. 

"Kita berharap, dengan begitu di Jakarta sebagai pusat perekonomian Indonesia, kegiatan social distancing ini di satu sisi akan bisa menjaga potensi penularan tapi produktif secara jarak jauh bisa tetap dilakukan," tutur Anies. 

Sebagai informasi, dalam pengembalian frekuensi transportasi, ada pembatasan kapasitas penumpang pada tiap bus TransJakarta dan gerbong kereta MRT dan LRT. Pada MRT, tiap satu rangkaian gerbong diisi maksimal 360 penumpang, dari kapasitas 1.200 penumpang. 

Ilustrasi LRT (Diah Ayu Wardani/VOI)

Sementara, LRT dibatasi menjadi 80 penumpang, dari kapasitas maksimal 270 penumpang tiap rangkaian gerbong. Kemudian, TransJakarta dibatasi dengan total 60 penumpang dalam bus gandeng, dari kapasitas maksimal 150, serta 30 penumpang pada single bus dari kapasitas 80 penumpang. 

Transjakarta mengoperasikan 123 rute dari mulai pukul 05.00-22.00 WIB untuk layanan reguler, dan menjalankan 11 rute Layanan Armada Malam Hari (Amari) dari mulai pukul 22.00-05.00 WIB. 

Jumlah rute yang beroperasi akan mengalami penyesuaian, dengan rincian 15 rute BRT dalam koridor, 25 rute angkutan umum terintegrasi di dalam kota, 4 rute RoyalTrans, 10 Rute Transjabodetabek, dan 69 rute Mikrotrans.

Untuk memastikan social distancing terjaga, dan mencegah penumpukan terlalu lama di halte, frekuensi dan jumlah bus yang beroperasi di tiap rute akan ditingkatkan hingga 2 kali lipat dari frekuensi normal. 

Pemprov DKI juga mengalokasikan 60 bus sekolah yang melayani penumpang dari sejumlah Rusunawa, selagi seluruh sekolah diliburkan. Bus beroperasi mulai pukul 05.00 - 21.00 WIB. 

Bus beroperasi di 19 rusunawa, di antaranya Rawa Bebek, Komarudin, Pinus Elok, Pulogebang, Cakung KM 2, Pondok Bambu, Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Cibesel, Marunda, Sukapura, Albo, Jatirawasari, Pesakih, Flamboyan, Kapuk, Tambora, Waduk Pluit, dan Tanah Merah.