Gubernur Bali Ajak Akademisi Temukan Konsep Baru Pemulihan Ekonomi
BALI - Gubernur Bali Wayan Koster mengajak para akademisi dan praktisi secara aktif berperan dalam menemukan konsep dan langkah strategis baru guna pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
"Pandemi ini jangan hanya dipandang dengan pesimistis, namun justru momentum untuk menemukan solusi terkait pemulihan ekonomi pascapandemi ini," kata Koster saat membuka International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE) di Kuta, Badung, dilansir Antara, Selasa, 1 November.
Dalam ajang yang mempertemukan akademi dan praktisi dari berbagai negara tersebut, menurut dia, dalam menghadapi dampak pandemi ini kita dituntut terus mencari jalan untuk pemulihan di berbagai sektor.
Selain itu, diperlukan juga kepemimpinan yang kuat dan inovatif, dibarengi dengan kreativitas seluruh komponen serta komitmen yang tulus dan lurus.
"Jadi sangatlah tepat berbagai topik terkait pemulihan ekonomi didiskusikan oleh pembicara akademi dan praktisi mancanegara sesuai tema yang diangkat. Pandemi mengubah seluruh aspek kehidupan, ekonomi, sosial hingga kebudayaan, terlebih belum ada yang bisa pastikan kapan pandemi akan berakhir," ujar Koster.
Pihaknya berharap diskusi para peserta konferensi yang disokong President University bersama Universitas Dhyana Pura ini mampu menghadirkan rekomendari dan hasil pengkajian secara ilmiah.
Selain itu, menghadirkan teori-teori baru yang bisa diimplementasikan guna menghadapi dunia pascapandemi yang telah memberikan dampak begitu besar pada perekonomian.
"Ini momentum bagi akademisi untuk mengkonsep ekonomi yang lebih tangguh, karena saya kira ada teori-teori lama yang tidak relevan lagi setelah adanya pandemi," ucapnya.
Menurut Koster, pandemi menjadi sebuah titik tolak sudah saatnya Bali menata ulang perekonomian untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali yang kembali pada keunggulan dan ketangguhan sumber daya lokal.
"Sehingga perekonomian Bali harus kembali pada potensi alam, manusia dan kebudayaan lokal Bali. Terutama di sektor pertanian, kelautan dan kehutanan dan industri kerajinan rakyat branding Bali. Kemudian pariwisata akan dijadikan sektor pendukung atau benefit yang harus berpihak pada sumber daya lokal Bali," katanya.
Baca juga:
Sementara itu, Rektor President University Prof Johny Oktavian Harianto mengatakan pelaksanaan konferensi yang mengambil tema "On the Path to Recovery: Leadership, Resilience, and Creativity" digelar secara hybrid dengan menghadirkan akademisi dan praktisi mancanegara.
"Tema ini relevan untuk upaya membangkitkan ekonomi setelah terkena dampak pandemi COVID-19, dimana kreativitas menjadi poin penting," ucapnya.
Dalam kesempatan ini dia mengatakan, sebanyak 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara di dunia berasal dari perusahaan keluarga. Kemudian, dari seluruh perusahaan di dunia, 60 persen masih dimiliki oleh keluarga.
"Mereka ini memainkan peran penting, karena rata-rata perusahaan keluarga mampu membukukan pendapatan 1 miliar dolas AS (atau sekitar Rp14,5 triliun jika memakai kurs saat ini)," kata Haryanto.
Kemudian, di Indonesia, saat ini bisnis rintisan atau startup tumbuh subur. Maraknya bisnis startup saat ini pun tak lepas dari peran perusahaan keluarga.
Sekitar 85% startup ternyata mendapatkan modal pertamanya dari bisnis keluarga. Kini, sejumlah bisnis rintisan telah berkembang menjadi Unicorn, dan bahkan Decacorn.
Kehadiran startup tersebut diharapkan mampu menginspirasi banyak perusahaan, termasuk perusahaan keluarga, untuk menjadikan krisis justru sebagai peluang bisnis baru.
“Para pebisnis startup tersebut bak peselancar yang justru menjadikan krisis sebagai 'gelombang' untuk berselancar, yakni dengan memulai dan bahkan malah membesarkan bisnisnya,” kata Jony Haryanto.