Besaran Stimulus COVID-19 Indonesia Urutan 16 di Negara G-20
JAKARTA - Lebih dari 196 negara di dunia mengeluarkan stimulus untuk membangkitkan kondisi perekonomian akibat pandemi COVID-19. Besaran stiumulus yang dikeluarkan tiap negara berbeda tergantung kebutuhan.
Di negara-negara G-20 atau kelompok negara dengan kondisi perekonomian besar di dunia, Indonesia berada pada urutan 16 atau urutan 4 dari bawah berdasarkan besaran pengeluaran stimulus.
"Memang, Indonesia memiliki kapasitas (stimulus, red) fiskal (kondisi yang ada pada saat itu) sebesar 4,2 persen dari GDP (produk domestik bruto)," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia, Selasa, 28 Juli.
Negara G-20 dengan besaran stimulus fiskal paling besara adalah Jerman dengan nilai 24 persen dari PDB negara tersebut. Urutan kedua adalah Jepang dengan 18 persen dari PDB, Italia 14,6 persen dari PDB, Inggris 14 persen, Amerika Serikat 13,6 persen.
Baca juga:
Kemudian, Australia dengan stimulus fiskal 10,1 persen dari PDB, Prancis 10 persen, Kanada 9,5 persen, Korea 9 persen, Brazil 8,6 persen, China 5,2 persen, Afrika Selatan 6 persen, India 5,2 persen, Argentina 4,8 persen, Turki 4,3 persen, Indonesia 4,2 persen, Arab Saudi 2,6 persen, Rusia 1,8 persen, dan Meksiko 1 persen.
"Kalau dilihat, negara besar memang sangat jor-joran untuk mengeluarkan stimulus fiskalnya," ucap Febrio.
Ia menjabarkan beberapa program stimulus negara G-20. Di Amerika, Stimulus digunakan untuk belanja darurat untuk penanganan COVID-19 khususnya pengembangan vaksin, program jaminan sosial, Bantuan langsung tunai, insentif dunia usaha, hingga penurunan suku bunga.
Sementara di China menggelontorkan stimulus untuk anggaran kesehatan pencegahan COVID-19 hingga produksi alat kesehatan, insentif pajak, penurunan suku bunga, penudaan pembayaran pinjaman, dan fasilitas kredit UMKM.
Stimulus di Indonesia, sebenarnya, tak jauh berbeda dengan negara-negara lain. Namun, logika dasar pengeluaran stimulus di Indonesia melihat sisi rumah tangga terlebih dahulu.
"Kita liat rumah tangga yang paling rentan. Kita pastikan PKH berlanjut dan kuat, bansos ditambah sehigga kelompok masyarakat yang paling rentan itu yang paling dijaga," ucap Febrio.
"Logikanya, setelah itu masuk lah stimulus sektor usaha. logikanya dari yang paing rentan dulu, informal, UMKM, mikro, korproasi, hingga saham besar," tambah dia.