Fakta Penting Green Industrial Park yang Jokowi Sebut Bakal Jadi Kawasan Industri Hijau Pertama di Dunia

JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pemerintah akan membangun green industrial park atau kawasan industri hijau besar pertama di dunia. Pembangunan green industrial park direncanakan dilakukan pada November 2021 dengan luas 20 ribu hektare. Kawasan ini akan dibangun di Kalimantan Utara, salah satu sumber energinya adalah Sungai Kayan.

"Kami nanti bulan depan juga memulai untuk membangun green industrial park dengan produk keluarnya adalah produk hijau. Energinya dengan energi hijau," kata Jokowi di Istana Negara, Rabu 13 Oktober 2021.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyampaikan bahwa 10 tahun ke depan, Uni Eropa hingga Amerika Serikat tidak membeli barang hasil energi tidak terbarukan. Menurutnya, sudah banyak perusahaan dalam maupun luar negeri yang antre memesan lahan di Green Industrial Park.

"Dan yang memesan kawasan ini sudah banyak ngantre, karena mereka tahu ini energinya yang dipakai energi hijau," kata Jokowi.

Apa itu green industrial park?

Green Industrial Park adalah sekumpulan perusahaan atau industri yang menerapkan teknologi atau produksi bersih, memproses limbah atau sampah yang dihasilkan, dan/atau melakukan usaha-usaha mengurangi emisi gas rumah kaca di lokasi produksinya. Beberapa negara yang menerapkan program green industrial park adalah Korea Selatan, Denmark, China, Thailand, dan Jerman.

Dengan menerapkan fungsi green industrial park, diharapkan bahwa perusahaan atau industri mengurangi limbah yang dihasilkan, karena sebisa mungkin limbah yang dihasilkan diolah kembali. Hal tersebut juga menjadi nilai tambah secara ekonomi

Selain itu, penerapan green industrial park juga berpotensi adanya efisiensi pemakaian bahan baku, energi dan air, sehingga limbah maupun emisi yang dihasilkan menjadi lebih sedikit dan proses produksi menjadi lebih efisien. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk industri nasional.

Jokowi sebelumnya telah menyinggung adanya pembangunan green industrial park saat pertemuan Major Economies Forum on Energy and Climate (MEF). Pemimpin negara yang bergabung dengan MEF menekankan pentingnya memperkuat ambisi perbaikan iklim dunia. Beberapa pemimpin dunia mengumumkan ambisi yang lebih tinggi, termasuk kontribusi baru dalam menghadapi perubahan iklim dunia berdasarkan Perjanjian Paris.

Penggunaan energi hijau untuk industri hijau yang dilakukan PT Kayan Hydro energi sudah dimulai sejak 10 tahun silam. (Istimewa)

Pada forum yang digelar pada September 2021 itu, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi situasi sulit dalam sejumlah sektor, termasuk sektor energi dan iklim. Situasi sulit tersebut, kata Jokowi, tidak dapat ditangani oleh satu negara saja, melainkan dibutuhkan aksi bersama dalam skala global.

“Kredibilitas, khususnya aksi konkret, sangat krusial,” ujar Jokowi, dikutip dari artikel VOI berjudul Paparan Jokowi soal Strategi Sektor Energi Tekan Perubahan Iklim dalam Pertemuan MEF.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Dari sektor energi, Jokowi menyampaikan Indonesia telah mencanangkan transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau pada Agustus.

“Untuk mewujudkan transformasi ini, kami telah menyusun strategi peralihan pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru terbarukan. Mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan yang didukung pelaksanaan efisiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik,” tuturnya.

Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia menargetkan netral karbon (Net Zero) pada 2060 dengan kawasan percontohan yang masih terus dikembangkan. Ia juga sempat menyebut adanya pembangunan Green Industrial Park seluas 20 ribu hektare di Kalimantan Utara.

Sudah dimulai PT Kayan Hydro

Wacana Industri Hijau (green industrial park) dan Energi Hijau (green energy), sejatinya sudah dimulai salah satu perusahaan yakni PT Kayan Hydro Energy (KHE) sejak satu dasawarsa silam. KHE  telah mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara sejak tahun 2011, merupakan inisiator proyek PLTA yang terdiri atas lima Cascade di Sungai Kayan, Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Direktur Operasional KHE Khaeroni menjelaskan, pihaknya telah melakukan berbagai hal terkait elektrifikasi untuk kebutuhan industri maupun pelabuhan. “Studi teknis, sosial, ekonomi, budaya, serta sosialisasi dan proses perizinan untuk pembangunan PLTA sudah selesai. Dan, KHE sudah mendapat peringkat 5A3 dari Dun & Bradstreet,” jelas Khaeroni waktu dihubungi 4 Agustus.

Pembukaan jalan untuk pembangunan PLTA PT Kayan Hydro Energy. (Istimewa)

Terkait ada investor dan perusahaan di luar KHE yang ingin membangun proyek serupa, Khaeroni mengaku tidak tahu. “Soal kabar diluaran saya tidak tahu. Pastinya KHE sudah sejak 2011 atau sepuluh tahun lalu memulainya dan saat ini sudah mendapatkan semua izin, kecuali pe­netapan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH),’’ jelas Khaeroni. 

KHE telah melakukan pekerjaan pembuatan jalan dari jalan pemerintah daerah menuju PLTA Kayan Cascade sepanjang 11,2 kilometer. KHE juga telah melakukan pengiriman peralatan proyek dan pembangunan gudang penyimpanan bahan peledak untuk memudahkan pekerjaan. 

Tahun ini KHE menyiapkan infrastruktur penunjang konstruksi pembangunan PLTA Kayan Cascade yang berpotensi menghasilkan daya listrik sebesar 9.000 megawatt. 

*Baca Informasi lain soal ENERGI HIJAU atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya