Mahasiswa Dibanting Polisi, Komnas HAM: Polisi Harus Usut Tuntas Peristiwa Ini
JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta polisi mengusut tuntas dugaan kekerasan yang dialami mahasiswa yang sedang berdemonstrasi di depan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang (Puspemkab).
Dalam tayangan video yang beredar seorang mahasiswa yang belakangan diketahui bernama Faris tampak dibanting ke lantai oleh seorang aparat. Peristiwa ini terjadi saat Polri mengamankan demo mahasiswa tepat di Hari Ulang Tahun Kabupaten Tangerang ke-389.
"Polisi harus mengusut tuntas peristiwa ini," kata Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara melalui akun Twitternya @BekaHapsara yang dikutip Rabu, 13 Oktober.
Selain itu, Polri diminta untuk memberikan sanksi tegas kepada pelaku kekerasan itu dan menjamin perlakuan yang sama tidak terulang kembali.
"Komnas HAM mengecam perlakuan aparat kepada kawan-kawan mahasiswa yang sedang melakukan aksi damai," tambahnya melalui keterangan pesan singkat.
Baca juga:
- Kanit Polsek Percut Sei Tuan Sumut Dicopot Buntut Viral Ibu Pedagang Jadi Tersangka Padahal Dianiaya Preman
- Pak Jokowi, Kalimantan Utara Butuh Dukungan Infrastruktur agar Dilirik Investor
- Komplotan Ilegal Akses Asal Sumatera Diringkus, Bobol Rp2 Miliar dari 14 Nasabah BTPN
- Facebook Telah Hapus 986 Grup yang Terkait dengan Kekerasan dan Terorisme di Platform Mereka
Diberitakan sebelumnya, Faris sempat tak sadarkan diri usai dibanting dalam demonstrasi ricuh yang terjadi di Tangerang belum lama ini. Meski begitu, mahasiswa itu mengaku dirinya dalam keadaan sehat dan hanya merasa pegal walaupun pada video tersebut polisi membantingnya ke permukaan yang keras.
"Saya nggak mati, sekarang masih hidup. Dalam keadaan biasa-biasa aja, walau agak sedikit pegal-pegal," kata dia sambil memperkenalkan diri usai diperintah polisi bernama Leonard dilansir dari era.id.
Yang lebih kasihan, ternyata Faris juga mengaku belum makan siang. "Sarapan udah, tapi kalau makan nasi sih belum," ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Banten, AKBP Shinto Silitonga mengatakan dirinya membenarkan peristiwa tersebut. Namun, belum mengetahui polisi yang bertindak brutal tersebut.
"Kita belum tahu nama personelnya ini, kita perlu waktu sebentar kami hubungi yang melakukan pengamanan disana, jadi bisa dihubungi sebentar lagi, setelah fakta yang kita dapat," ujarnya.