16 Film Pendek Karya Sineas Muda Indonesia Terbang ke Panggung Dunia
JAKARTA - Sebanyak 16 film pendek karya sineas muda Indonesia yang terpilih melalui program "Viu Shorts! Season 2" bersiap diperkenalkan ke panggung dunia.
"16 film pendek dari 16 kota/kabupaten sebenarnya melanjutkan kesuksesan Viu Short! Season 1. Ini luar biasa. Tidak hanya ditayangkan di Indonesia saja tetapi di pentas dunia. Tujuh hari ke depan akan dipentaskan di 16 negara itu," kata Plt Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Josua Puji Mulia Simandjuntak, dilansir dari Antara, Jumat, 24 Juli.
Seluruh film pendek terpilih akan tayang di Indonesia dan 15 negara lain yakni Hong Kong, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Myanmar di Asia.
Kemudian, Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan UEA di Timur Tengah; serta Afrika Selatan.
Baca juga:
Ke-16 karya itu antara lain, Memargi Antar (Klungkung), Kalang Obong (Kendal), Penari Larangan (Majalengka), Kakaluk Fulan Fehan (Atambua), Dawuk (Cilacap), Danau Pengantin (Tangerang), Bulu Mata (Jakarta Selatan).
Lalu, Melaiq (Mataram), Ikan Merah (Magelang), Kelar Kelor (Kulon Progo), Limo Wasto (Surakarta), Pohon Pengantin (Salatiga), G-Rain (Batu), Lae Pandaroh (Dairi), Kanak Kembar (Sangatta), dan La Love (Palu).
Sebagian besar film itu mengangkat budaya lokal termasuk kepercayaan dan ritual di sekitar pembuatnya dan keindahan alam. Kalang Obong karya sutradara Suryo Seno Bimantoro dari Kendal, Jawa Tengah misalnya.
"Di workshop film ada riset sosial lalu ide cerita. Dari diskusi terpikirlah Kalang Obong untuk mengangkat tradisi yang diakui Kemedikbud di kendal, tradisi upacara kematian, biasanya untuk setahun (setelah kematian seseorang)," kata Suryo dalam "Watch Party" Viu via daring, Kamis.
Menurut dia, tradisi di Suku Kalang ini sempat terhenti dan bahkan terancam punah. Tak semua orang Kendal tahu mengenai tradisi ini.
Masih soal budaya, Memargi Antar karya Ni Putu Mulyani dari Klungkung, Bali mengangkat tentang Mepandes yakni upacara potong gigi untuk menghilangkan sifat-sifat sad ripu dalam diri manusia yakni hawa nafsu, serakah, amarah, bermabuk-mabukan, iri hati dan bimbang.
"Melihat hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita dan ketemulah ide film ini. Dengan adilanya film dari Klungkung bisa ditonton orang Bali dan internasional, sehingga menginspirasi teman-teman untuk berkarya dengan budaya lokal sendiri," tutur Mulyani.
Film lainnya, G-Rain karya pelajar asal Batu, Jawa Timur yang memperlihatkan keindahan alam pegunungan kota Batu, dan menceritakan budaya unik suku Tengger, yang rutin melakukan ritual khusus untuk mengatur volume dan frekuensi hujan.
Lalu, Melaiq karya pelajar dari Mataram, Nusa Tenggara Barat yang mengangkat tradisi khas suku Sasak, menguji keseriusan dan keberanian seorang pria dalam membangun rumah tangga dengan cara menculik wanita yang akan dilamarnya.
Selain itu, ada juga Kanak Kembar, film pendek dari Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan timur. Film ini mengangkat kepercayaan suku Dayak Kenyah, bahwa setiap anak yang lahir memiliki kembaran seekor buaya.
Film-film pendek "Viu Shorts! Season 2" dapat dinikmati di aplikasi Viu yang dapat diunduh di App Store, Google Play, dan smart TV tertentu, serta www.viu.com.