Di Tengah Pandemi COVID-19, Ekspor Furnitur Indonesia ke Amerika Serikat Naik 51,3 Persen

JAKARTA - Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan data Glocal Trade Atlas (2020), tercatat ekspor furnitur dari Indonesia ke AS melonjak signifikan pada periode Januari hingga Mei sebesar 582,11 juta dolar AS.

Kepala Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) Bayu Nugroho mengatakan, eskpor Indonesia ke AS ini meningkat 51,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 384,82 juta dolar AS.

"Peningkatan ini tentunya memberikan angin segar terhadap kinerja ekspor nasional. Momentum lonjakan ekspor furnitur Indonesia ke AS harus kita manfaatkan dengan maksimal, terutama di tengah pandemi COVID-19. Ini adalah peluang besar bagi pelaku UKM Indonesia sektor furnitur Indonesia untuk masuk ke pasar AS," tuturnya, di Jakarta, Rabu, 22 Juli.

Bayu menyampaikan, wilayah Pantai Barat AS merupakan kontributor terbesar yang mencapai 62,9 persen dalam peningkatan ekspor furnitur ini. Ekspor untuk daerah Pantai Barat AS periode Januari hingga Mei berhasil mencapai 366,21 juta dolar AS. Nilai ini melonjak sebesar 72,15 persen, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya sebesar 212,72 juta dolar AS.

Negara bagian di AS yang mencatatkan lonjakan terbesar adalah Arkansas yakni 456 persen, Montana 216 persen, dan New Mexico 213 persen. Saat ini, kata Bayu, konsentrasi ekspor furnitur dari Indonesia ke wilayah Pantai Barat AS adalah ke California sebesar 212,97 juta dolar AS, Georgia sebesar 38,07 juta dolar AS dan Texas sebesar 37,04 juta dolar AS.

"Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-8 negara pengekspor furnitur terbesar ke AS. Total ekspor furnitur Indonesia ke AS pada 2019 tercatat sebesar 1,04 miliar dolar AS, meningkat 29,16 persen dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 808,77 juta dolar AS," ucapnya.

Berdasarkan data BPS yang diolah Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia-AS periode Januari hingga Mei tercatat sebesar 10,75 miliar dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia sebesar 3,70 miliar dolar AS. Sedangkan pada 2019, total perdagangan kedua negara mencapai 27,11 miliar dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 8,58 miliar dolar AS.

Penjajakan Kesepakatan Dagang Virtual

Memanfaatkan momentum ini, ITPC LA terus berupaya mendorong ekspor furnitur dengan menggelar penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual, khusus produk furnitur pada hari Jumat, 17 Juli.

Business matching tersebut berhasil mempertemukan sembilan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) sektor furnitur binaan Kemendag yang berorientasi ekspor dengan tiga buyer Amerika Serikat (AS) yaitu American Furniture Manufacture Inc. (AFM), Bali Aga, dan Kasih Coop.

Menurut Bayu, business matching ini juga merupakan tindak lanjut dari pelatihan bisnis (business coaching) yang diselenggarakan pada 9 Juli. Pelatihan ini terselenggara atas kerja sama Kementerian Perdagangan melalui Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI).

Melalui business matching ini, lanjut Bayu, para para pelaku UKM binaan Kemendag dan para buyer dapat saling bertukar informasi guna meningkatkan promosi produknya di pasar AS. Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk nyata dukungan Kemendag kepada para UKM Indonesia untuk merambah pasar internasional.

"Pada sesi diskusi tersebut, para importir AS menyampaikan ketertarikannya atas beberapa produk yang ditampilkan oleh para pelaku UKM Indonesia. Selanjutnya, ITPC Los Angeles akan tetap membantu para UKM, salah satunya dengan memfasilitasi komunikasi lebih lanjut antara para pelaku UKM Indonesia dengan para importir sehingga dapat terwujud transaksi ekspor baru," katanya.

Rangkaian business matching virtual kerja sama antara ITPC Los Angeles dan BBPEI ini akan dilakukan kembali pada 21 Juli untuk produk fesyen. Sebelumnya, pada 14 Juli, ITPC Los Angeles bersama BPPEI juga menggelar kegiatan serupa untuk produk makanan dan minuman.