Kementeriannya Nadiem Sedang Pikir-pikir Jadikan Batik Pelajaran Sekolah
JAKARTA - Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Budaya Riset dan Teknologi, Hilmar Farid mengatakan budaya mengenai kain batik perlu dimasukkan dalam pelajaran yang didapatkan anak di sekolah.
"Yang masih kurang itu sebenarnya pemahaman mengenai arti dan makna simbol-simbol dalam corak batik. Kalau ini bisa diajarkan kembali di sekolah dan kepada masyarakat umum, itu akan menghidupkan kembali tradisi-tradisi yang sangat baik," ucap Hilmar seperti dinukil dari Antara, Jumat 1 Oktober.
Edukasi soal batik memang sudah banyak dari berbagai media. Namun anak buah menteri Nadiem Makarim ini merasa akan lebih sistematis bila batik menjadi bagian dari pelajaran yang diberikan di sekolah.
Setidaknya untuk daerah batik tersebut. Kata dia, anak-anak di daerahnya itu perlu dikenali lambang dan makna dari batik yang menjadi khas daerahnya.
Bila batik diterapkan dalam pelajaran yang ada di sekolah, batik akan menjadi sebuah informasi umum yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat dalam setiap kesempatan yang berbeda sesuai dengan makna dibaliknya.
“Jadi, ada daerah-daerah dengan motif tertentu yang punya lambang-lambang tertentu, setidaknya anak-anak di wilayah tersebut tahu. Ini menjadi pengetahuan yang umum, misalnya seperti batik apa yang bisa digunakan untuk pernikahan dan macam-macam,” ucap dia.
Baca juga:
- Ganjar Dapat Undangan Khusus dari Rektor Uncen, Diminta Kasih Kuliah ke Mahasiswa
- Tokopedia Dikritik Megawati Banyak Jual Barang Buatan Luar Indonesia
- Gibran: Di Tengah Pandemi, Mau Tak Mau Harus Go Digital, Ini Kewajiban Kalau Tidak Akan Mati
- Fakta dari Istri Ganjar Pranowo, Yang Beli Daster Meningkat 300 Persen Selama Pandemi
Lebih lanjut, Hilmar mengatakan ada beberapa batik yang dibuat dengan corak tertentu, yang memiliki makna di dalamnya. Hal itu akan menjadi menarik, apabila semua orang dapat mengenakan batik sesuai dengan makna dari simbol-simbol yang ada pada corak batik tersebut.
Ia mencontohkan masyarakat tidak bisa menggunakan batik slobong saat hadir di sebuah pernikahan, karena motif batik tersebut hanya dapat digunakan saat sedang berduka cita. Atau sebaliknya, masyarakat tidak bisa hadir ke pemakaman dengan menggunakan batik trutum atau sidoluhur yang melambangkan kebahagiaan.
Hilmar mengatakan dengan memahami dan menggunakan batik, masyarakat dapat mengkomunikasikan perasaan serta menyampaikan tujuan mereka kepada orang lain melalui warisan budaya yang tak ternilai seninya.
“Jadi hal-hal seperti ini kalau dipelajari dan dipahami akan menarik. Orang bisa menyampaikan, mengkomunikasikan mereka dalam keadaan berduka, dalam keadaan senang dan sebagainya,” tuturnya.