Konflik Berkepanjangan, Afghanistan Terancam Krisis Akibat 2.000 Fasilitas Kesehatan Ditutup

JAKARTA - Sistem kesehatan Afghanistan berada di ambang kehancuran, seorang pejabat tinggi Palang Merah memperingatkan Kamis, mengatakan lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telah ditutup di seluruh negara yang dilanda konflik itu.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperingatkan, kurangnya dana telah mendorong sistem kesehatan Afghanistan ke jurang.

"Orang mungkin setuju untuk bekerja tanpa gaji selama beberapa minggu lagi," Alexander Matheou, direktur IFRC Asia Pasifik, mengatakan pada konferensi pers di Kabul, mengutip Daily Sabah 30 September.

"Tapi begitu obat-obatan benar-benar habis, jika Anda tidak bisa menyalakan lampu, jika Anda tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada seseorang yang datang ke klinik Anda, maka mereka akan menutup pintunya," sambungnya.

Hancur oleh lebih dari empat dekade perang, ekonomi Afghanistan terhenti sejak pengambilalihan Taliban bulan lalu, di tengah sanksi dan penghentian bantuan asing. Hal ini sangat merugikan sektor kesehatan, yang terutama dijalankan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) dengan dana internal sebelum Taliban berkuasa.

"Lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telah ditutup," ungkap Matheou kepada Agence France-Presse (AFP) pada akhir kunjungan empat hari ke Afghanistan.

Kondisi tersebut juga berdampak terhadap lebih dari 20.000 petugas kesehatan di negara itu tidak lagi bekerja, atau bekerja tanpa dibayar, katanya. Lebih dari 7.000 di antaranya adalah perempuan.

Vaksin kedaluwarsa

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pekan lalu kurang dari seperlima fasilitas kesehatan negara itu tetap berfungsi penuh, dengan dua pertiganya kehabisan obat-obatan esensial. Ini dapat memiliki konsekuensi yang mengerikan, termasuk respons terhadap pandemi COVID-19.

Di negara di mana hanya sekitar 1 persen orang yang telah menerima vaksin COVID-19, lebih dari 1 juta dosis sedang menunggu untuk didistribusikan. Mereka akan kedaluwarsa pada akhir tahun, tutur Matheou.

Bulan Sabit Merah Afghanistan, yang telah bekerja di Afghanistan selama beberapa dekade, termasuk di daerah yang dikuasai Taliban selama pemberontakan, adalah bagian dari jaringan IFRC dan menjalankan 140 klinik kesehatan primer di seluruh negeri.

Klinik-klinik tersebut, yang telah melayani sekitar 1 juta orang sejak awal tahun, semuanya tetap berfungsi penuh dan mengalami lonjakan aktivitas ketika fasilitas kesehatan lainnya mulai ditutup, tutur Matheou.

Itu terjadi di atas berbagai krisis yang mengintai Afghanistan, mulai dari kekeringan yang menyebabkan kekurangan pangan yang parah hingga pemindahan massal.

Terpisah, PBB mengatakan lebih dari 18 juta warga Afghanistan, lebih dari setengah populasi, sangat membutuhkan bantuan, sementara sepertiganya berisiko kelaparan.

Komunitas internasional juga telah menjanjikan 1,2 miliar dolar Amerika Serikat dalam bentuk bantuan kemanusiaan, tetapi butuh waktu untuk mengalirkan dana tersebut.

Sementara, IFRC yang berbasis di Jenewa Hari Kamis meminta 36 juta franc Swiss (38,5 juta dolar Amerika Serikat) untuk memberikan bantuan darurat dan bantuan pemulihan kepada lebih dari setengah juta orang di provinsi-provinsi yang paling parah terkena dampak kekeringan dan pengungsian parah.