Uji Coba Vaksin COVID-19 Buatan Moderna Tunjukkan Respons Imun pada Semua Sukarelawan

JAKARTA - Vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan bioteknologi Moderna yang bermitra dengan National Institutes of Health mendapat hasil positif. Dalam sebuah studi dijelaskan vaksin tersebut dapat menginduksi respons imun pada semua sukarelawan yang menerimanya dalam studi fase 1.

Melansir CNN, Rabu, 15 Juli, hasil awal yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine ini menunjukkan bahwa vaksin bekerja untuk memicu respons kekebalan dengan efek samping ringan seperti kelelahan, kedinginan, sakit kepala, nyeri otot, atau nyeri di tempat suntikan. Vaksin ini menjadi kandidat pertama di AS bagi jurnal medis untuk mengulas vaksin tersebut yang nantinya akan dipublikasikan.

Secara khusus, semua sukarelawan mengembangkan antibodi penawar terhadap virus pada tingkat yang serupa dengan yang terlihat pada orang yang secara alami pulih dari COVID-19, menurut penelitian. Antibodi penetral mengikat virus dan melumpuhkannya dari menyerang sel manusia.

Fase selanjutnya diperkirakan akan dimulai akhir Juli dalam uji coba Fase 3 yang besar, yaitu tahap uji coba terakhir sebelum regulator mempertimbangkan apakah akan menyediakan vaksin dalam jumlah besar. Moderna memastikan bahwa semuanya akan berjalan dengan baik dalam uji coba selanjutnya.

"Perusahaan tetap berada di jalur untuk dapat memberikan sekitar 500 juta dosis per tahun, dan mungkin hingga 1 miliar dosis per tahun, dimulai pada 2021."

Penelitian Fase 1 memiliki tujuan melihat keamanan dan kemudian untuk melihat tanggapan dari kekebalan, kata Dr. Lisa Jackson, peneliti senior di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle yang terlibat dalam penelitian ini. Data awal dari penelitian sebelumnya dirilis pada Mei.

"Kami pikir tanggapan kekebalan terlihat menjanjikan, tetapi kami tidak tahu apakah tingkat yang kami lihat akan benar-benar melindungi terhadap infeksi. Sangat sulit untuk mengetahui hal itu sampai Anda melakukan uji coba kemanjuran yang sebenarnya," katanya.

Moderna berharap untuk memulai studi lanjutan pada 27 Juli. Vaksin buatan Moderna juga diharapkan menjadi vaksin pertama di Amerika Serikat (AS) untuk memulai uji coba Fase 3.

Untuk saat ini, studi baru menyediakan informasi dengan cepat yang dapat digunakan untuk menentukan dosis apa yang akan digunakan untuk uji coba Fase 2 dan Fase 3.  Studi Fase 1 biasanya mempelajari sejumlah kecil orang dan berfokus pada apakah vaksin itu aman dan memunculkan respons kekebalan.

Dalam Fase 2, studi klinis diperluas dan vaksin diberikan kepada orang-orang yang memiliki karakteristik seperti usia dan kesehatan fisik, mirip dengan orang-orang yang menjadi sasaran vaksin baru. Pada Fase 3, vaksin diberikan kepada ribuan orang dan diuji kembali untuk melihat kemanjuran dan keamanan.

"Apa yang benar-benar ingin kita ketahui? Kami ingin tahu apakah vaksin itu aman dan efektif, itu yang ingin kami ketahui," kata Dr. Paul Offit, anggota panel yang menetapkan kerangka kerja untuk studi vaksin di AS, yang tidak terlibat dalam studi ini.

"Maka kita tidak tahu apa-apa tentang kemanjuran, yang sebenarnya ingin kita ketahui. Apakah vaksin ini akan berhasil? Satu-satunya cara untuk mengetahui itu adalah dengan melakukan apa yang disebut uji coba Fase 3," tutupnya.